MANADOPOST.ID – Data WHO menunjukkan setiap 40 detik terdapat satu orang yang meninggal dunia karena bunuh diri atau setara dengan 800 ribu orang setiap tahun.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat terdapat 5.787 kasus bunuh diri dan percobaan bunuh diri sepanjang 2020. Sementara data kepolisian di Indonesia menyebut dilaporkan 671 orang yang melakukan tindakan bunuh diri pada 2020.
Tingginya angka bunuh diri ini patut menjadi keprihatinan bersama. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza (P2MKJN) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Celestinus Eigya Munthe mengajak masyarakat berkolaborasi. Paling tidak dalam membangun sistem kesehatan mental yang baik untuk mencegah terjadinya bunuh diri.
Dia mengutarakan ajakannya berkaitan dengan peringatan Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia yang jatuh pada 10 September. Celestinus mengatakan bunuh diri menjadi masalah yang cukup besar di dunia. Apalagi, kondisi pandemi COVID-19 belakangan ini membuat orang makin tertekan, sehingga menyebabkan meningkatnya gangguan kesehatan jiwa.
1491945 Adx_ManadoPost_InPage_Mobile
“Jadi, wajib membangun kesehatan mental, kesejahteraan di masyarakat bersama-sama dengan berkolaborasi antara masyarakat, pemerintah, dan sektor swasta serta lembaga swadaya masyarakat maupun organisasi profesi untuk bersama-sama membangun sistem kesehatan mental yang baik,” ujar Celestinus. Dia mengatakan pandangannya dalam webinar ‘Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia’ yang digelar Sabtu (11/9).
Celestinus lebih lanjut mengatakan bunuh diri selalu dikaitkan dengan masalah kesehatan mental atau kesehatan jiwa. Bunuh diri juga menjadi penyebab kematian tertinggi kedua pada kelompok usia 15-29 tahun.
“Tentunya angka ini bukan sekadar angka semata, tetapi merupakan bagian dari permasalahan kesehatan jiwa kita secara keseluruhan.”
“Dalam SDGs, secara spesifik menyebutkan bahwa indikator kesehatan jiwa adalah adanya upaya menurunkan angka bunuh diri,” ucap Celestinus.
MANADOPOST.ID – Data WHO menunjukkan setiap 40 detik terdapat satu orang yang meninggal dunia karena bunuh diri atau setara dengan 800 ribu orang setiap tahun.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat terdapat 5.787 kasus bunuh diri dan percobaan bunuh diri sepanjang 2020. Sementara data kepolisian di Indonesia menyebut dilaporkan 671 orang yang melakukan tindakan bunuh diri pada 2020.
Tingginya angka bunuh diri ini patut menjadi keprihatinan bersama. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza (P2MKJN) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Celestinus Eigya Munthe mengajak masyarakat berkolaborasi. Paling tidak dalam membangun sistem kesehatan mental yang baik untuk mencegah terjadinya bunuh diri.
Dia mengutarakan ajakannya berkaitan dengan peringatan Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia yang jatuh pada 10 September. Celestinus mengatakan bunuh diri menjadi masalah yang cukup besar di dunia. Apalagi, kondisi pandemi COVID-19 belakangan ini membuat orang makin tertekan, sehingga menyebabkan meningkatnya gangguan kesehatan jiwa.
“Jadi, wajib membangun kesehatan mental, kesejahteraan di masyarakat bersama-sama dengan berkolaborasi antara masyarakat, pemerintah, dan sektor swasta serta lembaga swadaya masyarakat maupun organisasi profesi untuk bersama-sama membangun sistem kesehatan mental yang baik,” ujar Celestinus. Dia mengatakan pandangannya dalam webinar ‘Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia’ yang digelar Sabtu (11/9).
Celestinus lebih lanjut mengatakan bunuh diri selalu dikaitkan dengan masalah kesehatan mental atau kesehatan jiwa. Bunuh diri juga menjadi penyebab kematian tertinggi kedua pada kelompok usia 15-29 tahun.
“Tentunya angka ini bukan sekadar angka semata, tetapi merupakan bagian dari permasalahan kesehatan jiwa kita secara keseluruhan.”
“Dalam SDGs, secara spesifik menyebutkan bahwa indikator kesehatan jiwa adalah adanya upaya menurunkan angka bunuh diri,” ucap Celestinus.