MANADOPOST.ID – Korea Selatan alias Korsel dan Indonesia sedang menanti penerbangan perdana KF-21 Boramae.
Dilansir dari Zonajakarta/Pikiran Rakyat, KF-21 Boramae akan jadi jet tempur masa depan Indonesia dan Korsel.
Korsel sangat bernafsu mewujudkan KF-21 Boramae karena sebagai bukti kemandirian alutsista pun dengan Indonesia.
Ditaksir biaya pembuatan KF-21 Boramae mencapai Rp 100 triliun.
Indonesia menyuplai 20 persen proyek ini.
Tapi jika dinominalkan maka Indonesia harus mengeluarkan uang sebesar Rp 20 triliun.
Angka Rp 20 T tersebut untuk biaya pengembangan sekaligus pembuatan 48 unit KF-21 Boramae untuk Indonesia.
Sedangkan Korsel menanggung hampir Rp 80 T lebih.
Maka jangan heran Korsel bernafsu akan proyek ini.
Pasalnya KF-21 Boramae jadi proyek pertahanan terbesar Korsel sepanjang negara itu berdiri.
Jika gagal maka taruhannya pemerintah Korsel rusak citranya di mata publik.
Maka saat Indonesia ngambek dan menarik mundur para insinyurnya pada 2020 lalu Korsel kebakaran jenggot.
Mereka takut Indonesia membatalkan keikutsertaannya dalam proyek ini.
Padahal Korsel membutuhkan bantuan Indonesia yang sumbangsihnya tak bisa dibilang kecil dalam proyek KF-21 Boramae.
Apalagi Indonesia sudah menjadi pelanggan utama alutsista buatan Korsel.
Diantaranya ialah jet tempur, kapal selam hingga kendaraan lapis baja.
Indonesia menuntut negosiasi ulang dimana Jakarta ingin mengubah metode pembayaran KF-21 Boramae.
Indonesia menginginkan skema imbal dagang dalam pembayaran KF-21 Boramae.
Korsel setuju, asalkan Indonesia menyediakan komoditas cepat laku macam minyak sawit, gas alam, batubara hingga minyak bumi.
Diakui bahwa Korsel merupakan negara pengimpor gas alam untuk kebutuhan warganya.
“Negara (Indonesia) yang kaya akan sumber daya yang kaya akan minyak, gas alam (LNG) dan batubara bituminous. Selain itu, sebagian besar sumber daya ini menarik karena Korea sepenuhnya bergantung pada impor dari luar negeri,” lapor Hankook Ilbo, 3 Januari 2022.
“Misalnya, Korea Gas Corporation saat ini mengimpor LNG dari tujuh negara, antara lain Indonesia, Malaysia, dan Qatar,” tambahnya.
Korsel nampak berminat dengan apa yang ditawarkan Indonesia ini.
Sebab komoditas seperti di atas merupakan barang cepat laku untuk menghasilkan uang secepat mungkin.
Tapi Korsel juga mempunyai masalah lain yakni kurangnya fasilitas atau tempat latihan perang bagi militernya.
Seperti diketahui jika Korsel latihan perang maka tetangganya di Utara sudah siap sedia menyerbu.
Setiap latihan perang Korsel, Pyongyang selalu panas dan memprotes.
Secara tak langsung situasi menjadi tegang dimana akan mengganggu perekonomian Korsel.
Oleh sebab itu Seoul ingin memasukkan kesepakatan menyewa salah satu pulau tak berpenghuni di Indonesia untuk latihan perang.
“Beberapa orang bahkan datang dengan ide untuk mendapatkan satu pulau dari Indonesia yang memiliki lebih dari 10.000 pulau. Tetap saja, sulit untuk melakukan pelatihan militer di wilayah sempit tanpa merugikan penduduk, jadi mari kita punya pulau tempat kita bisa berlatih sepuasnya,” ujar Hankook Ilbo.
Hankook Ilbo juga pernah mewawancarai seorang komandan AD Korsel mengenai guyonan menyewa pulau di Asia Tenggara untuk latihan perang.
“Saya ingin menyewa sebuah pulau di Asia Tenggara dan berlatih dengan benar. Namun, sulit untuk menetapkan harga yang sesuai untuk pulau itu, sehingga kenyataannya dipertanyakan,” kata komandan AD Korsel yang tak mau disebutkan namanya tersebut.
Tapi Indonesia tak bakal mau hal itu terjadi.
Sebab Indonesia menolak semua kehadiran militer asing di negara ini.
Namun ada satu hal yang diperbolehkan yakni apabila militer Korsel hendak berlatih bersama TNI maka Indonesia membuka pintu seluas-luasnya.
KF-21 Boramae hanya akan ditukar Indonesia dengan komoditas ekspor dan uang tunai ke Korsel, tak lebih dari itu. (Zonajakarta/Pikiran Rakyat)