MANADOPOST.ID— Masyarakat Sulawesi Utara (Sulut), khususnya emak-emak, tidak perlu khawatir akan ketersediaan minyak goreng.
Karena berdasarkan data yang dibeberkan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sulut, stok moinyak goreng di Sulut mencapai 1,58 juta liter, yang diproduksi dari semua pabrik yang ada di Sulut (lihat grafis di bawah).
Kepala Disperindag Sulut Edwin Kindangen melalui Kabid Perdagangan Dalam Negeri Ronny Erungan memastikan, tidak ada kelangkaan minyak goreng di Sulut. Stoknya tetap ada dan mencukupi.
“Memang beberapa waktu lalu sempat ada kelangkaan. Itu karena beberapa pabrik yang ada di Kota Bitung berhenti produksi karena kekurangan bahan baku berupa Crude Palm Oil (CPO). Karena CPO ini diimpor dari Kalimantan dan Sumatra. Tapi sekarang CPO sudah masuk jadi produksi kembali normal, sehingga kelangkaan sebenarnya itu tidak ada,” sebut Erungan.
Dia pun menyadari, saat ini ada kekhawatiran di tengah masyarakat akan kelangkaan minyak goreng. Apalagi mendekati bulan suci Ramadan. Di mana permintaan dipastikan mengalami peningkatan. “Kelangkaan terjadi karena masyarakat mengalami panic buying, akibat termakan isu kelangkaan. Ini harus dihindari. Belilah sesuai kebutuhan jangan melakukan penimbunan yang mengakibatkan stok di pasaran habis,” imbaunya.
Dia memastikan, dengan stok ketersediaan yang mencapai 1,58 juta liter itu akan mencukupi kebutuhan warga Sulut. Namun dengan asumsi jika pabrik tidak melakukan penjualan minyak goreng di luar Sulut. “Jika pabrik tidak menjual minyak itu di luar Sulut, stok akan cukup. Sulut tidak akan alami kelangkaan. Jadi saya harap masyarakat tidak perlu khawatir. Soal harga pun kami pastikan sesuai Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah. Jika ada kenaikan, naiknya pun masih bisa dijangkau oleh masyarakat,” katanya.
Dia menekankan, jika terjadi kelangkaan minyak goreng, pihaknya akan mendorong petani untuk memproduksi minyak kelapa dalam. “Sulut ini potensinya besar untuk minyak kelapa dalam. Karena kita daerah dengan tanaman kelapa yang banyak. Jadi harusnya tidak akan ada yang namanya kelangkaan,” tukasnya.
Di sisi lain, Kepala BI Sulut Arbonas Hutabarat mengatakan, kenaikan harga minyak goreng tidak akan banyak mempengaruhi inflasi. Berbeda dengan kenaikan bumbu dapur sepeerti Bawang, Rica dan Tomat (Barito).
“Minyak goreng tidak terlalu mempengaruhi inflasi, karena masyarakat Sulut pun permintaanya terhadap minyak goreng tidak sebanyak Barito. Jadi tidak perlu dikhawatirkan,” tutupnya. (ayu)