MANADOPOST.ID–Hampir tiga bulan warga Sulawesi Utara (Sulut) ‘terpenjara’, dalam ancaman pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19). Namun dengan berbagai pertimbangan, Sulut sementara ancang-ancang menyambut penerapan ‘New Normal’ (Tatanan Baru).
New normal merujuk Lexico, situs di bawah pantauan Oxford, dijelaskan sebagai keadaan yang sebelumnya tidak biasa atau familiar yang kemudian dijadikan standar, kebiasaan atau ekspektasi. Sedikit mengulik ke belakang. Pertumbuhan Ekonomi (PE) Sulut pada triwulan satu tahun 2019 kokoh bertengger di angka 11,95 persen.
Tapi tahun ini kejayaan itu berbalik arah. PE triwulan satu 2020 hanya di angka 2,26 persen. Angka itu menjadikan Nyiur Melambai berada di posisi tertinggi ke empat se-Sulawesi. Atau hanya mampu melampaui PE Sulawesi Selatan. Meski begitu, persoalan yang sama juga dihadapi seluruh daerah bahkan dunia.
Untuk kembali menggairkan berbagai sektor, pemerintah pusat mengeluarkan kebijakan The New Normal. Kepala Biro Pemerintahan dan Otda Pemprov Sulut Dr Jemmy Kumendong memberikan penjelasannya terkait New Normal. Dia mengatakan, penerapan kehidupan New Normal di Sulut masih sementara dalam kajian.
“Pemprov Sulut juga masih menunggu panduan dari pemerintah pusat. Pemerintah tidak mungkin melakukan pembatasan terus menerus, meskipun pandemi Covid-19 belum berakhir,” kata Kumendong.
Obat Covid-19 memang belum ditemukan. Pembatasan pun memiliki batas waktu, katanya Sulut harus kembali kepada kehidupan normal. “Yakni bekerja, beribadah dan sejumlah aktivitas lainnya, yang tentu dengan panduan yang sudah disiapkan,” ungkapnya lagi.
Kumendong kembali mengakui, Covid-19 telah menimbulkan dampak berat di berbagai sektor. “Kita sementara bekerja keras dalam penanganan pandemi. Untuk New Normal masih menunggu instruksi lanjutan dari pusat. Jika sudah terima, akan kita sampaikan bagaimana perkembanggannya. Karena sudah mulai proses pengkajian,” janjinya.
Di sisi lain, Ekonom Dr Joy Tulung menjelaskan, berdamai dengan Covid-19 akan membuat perekonomian berjalan lagi. Namun, lanjutnya, New Normal harus dijalankan dengan sebaik-baiknya.
Ada banyak hal yang harus diperhatikan. Salah satunya adalah pengurangan uang dan diganti dengan pembayaran digital yang tentunya bukan hanya akan lebih mengurangi interaksi tapi juga terciptanya efisiensi.
“Covid-19 juga meningkatkan pengangguran apalagi yang kena dampaknya paling besar di sektor informal,” katanya, sembari menyebutkan protokol kesehatan harus tegas terhadap warga.
Dari sisi pengusaha, Direktur Operasional Mantos Rudini Wijaya melalui General Manager Mantos Yono Akbar, mengaku, sebagai seorang pengusaha, dia memastikan sudah siap menjalani kehidupan yang baru. Dia menekankan, semua masyarakat harus siap dengan budaya dan tatanan dunia baru.
“Dunia usaha harus mulai berjalan. Yang penting terapkan protokol kesehatan. Di Mantos ada sekira 300 an toko. Mereka perlu bekerja. Ini juga harus jadi perhatian pemerintah,” tekannya, sembari menambahkan, sampai saat ini, pihaknya masih menunggu otoritas daerah, untuk memastikan kapan pertokoan khususnya Mantos bisa dibuka kembali.
Hal senada juga diungkapkan Manajemen Mega Mall. Sama halnya dengan Mantos, Mega Mall pun sudah siap menyambut pemberlakuan New Normal. “Kami masih menunggu aturan pemerintah. Maunya sih segera dibuka, tapi tidak mau melanggar juga,” kata Amelia Tungka.
Dia pun menyebut, Mega Mall memiliki lebih dari 100 tenan dengan ribuan karyawan. Sehingga izin untuk bisa beroperasi kembali sudah dinantikan banyak pihak, khususnya para pekerja. “Intinya kami sudah siap dibuka kembali, tapi maunya harus sesuai dengan aturan pemerintah,” akunya.
Sementara itu Deputi Managing Director MM Group Leonard Parranga menegaskan, sebagai pelaku industri pariwisata pihaknya pun sudah sangat terpukul dengan adanya penutupan sementara semua operasional.
“Dari Februari MM Group hentikan operasional. Ada sekira 900 karyawan yang dirumahkan tanpa gaji. Ini adalah kondisi yang sangat sulit. Namun di atas itu semua kemanusiaan lebih penting,” tegasnya.
Sehingga, dia meminta, seharusnya aturan yang diterapkan pemerintah harus konsisten dan tidak memihak.
“Jika harus New Normal dilihat usaha mana yang prosepeknya bagus. Seperti industri manufaktur, ekspor dan lainnya. Itu harus bisa beroperasi karena seperti industri pabrik itu pekerjanya bisa diatur baik dari jarak dan waktu masuk. Jadi harus segera beroperasi untuk membantu ekonomi,” imbaunya.
Dia menambahkan untuk MM Group sendiri baru akan beroperasi normal pada Oktober. “Melihat kondisi yang ada, kami mampu beroperasi lagi pada Oktober atau bisa akhir tahun atau tahun depan. Sehingga kami berharap apa pun yang dilakukan pemerintah sekarang sudah melalui pertimbangan yang matang, agar Covid-19 ini bisa selesai dengan cepat dan ekonomi kita akan kembali normal,” tutupnya.(ayu/gnr)