Rabu, 7 Juni 2023

Warga Ini Rela Jual Ginjal Demi Lanjutkan Proyek Mangkrak 16 Tahun, Presiden Jokowi Disinggung

- Sabtu, 7 Mei 2022 | 14:46 WIB
Warga memegang flyer jual ginjal untuk pembangunan Jembatan Goyo, Bolmut.
Warga memegang flyer jual ginjal untuk pembangunan Jembatan Goyo, Bolmut.

MANADOPOST.ID - Presiden Joko Widodo diminta menanggapi aspirasi masyarakat Kabupaten Bolaang Mongondow Utara (Bolmut) terkait pembangunan jembatan penghubung Desa Ollot dan Desa Goyo, Kecamatan Bolangitang. Hal ini dikatakan Arifin Bolota menanggapi viralnya postingan di media sosial (medsos), Jumat (6/5/2022) dengan akun atas nama Alin Pangalima. Dalam postingan tersebut, nampak Flyer bertuliskan ‘Saya Mau Jual Ginjal Untuk Pembangunan Jembatan Goyo’. Postingan itu kemudian heboh karena terus saja dibagikan hingga ramai dibicarakan warga. Dalam postingan itu, Alin Pangalima juga menuliskan bahwa dana daerah katanya tidak cukup untuk membiayai pembangunan jembatan yang sudah 16 tahun mangkrak. “Mungkin ginjal saya bisa sedikit membantu,” tulisannya. Arifin juga meminta Pemkab Bolmut cepat memberikan respon. “Apakah kita sebagai rakyat Bolmong Utara tega melihat keputusan dan sikap adinda Alin Pangalima hingga mau menjual ginjal untuk pembangunan sebuah jembatan? Saya juga mohon pemerintah pusat dalam hal ini Bapak Presiden Joko Widodo agar segera menanggapi aspirasi masyarakat Kabupaten Bolaang Mongondow Utara untuk meneruskan pembangunan Jembatan Goyo yang mangkrak sejak 16 tahun lalu itu," ujar Arifin, Sabtu (7/5/2022). Senada dikatakan Rustam Nani, menurutnya hal tersebut adalah ekspresi kejenuhan masyarakat. "Saya memahami ekspresi warga di media sosial saat ini adalah cara masyarakat untuk mengingatkan pemimpinnya bahwa masih banyak pekerjaan rumah yang perlu di tuntaskan oleh pemerintah. Sebab, apapun alasannya Jembatan Goyo harus diprioritaskan karena jembatan itu merupakan akses utama dan sangat dibutuhkan oleh petani dan masyarakat desa sekitar. Jadi terkait dengan berbagai macam kritik masyarakat akhir-akhir ini saya kira tidak perlu ada pihak yang merasa kebakaran jenggot. Sisi positif dari ekspresi warga adalah bagian dari kontrol untuk saling mengingatkan," urai Rustam. Adapun sejumlah alasan kenapa jembatan harus diperjuangkan, Alin Pangalima dalam aku Facebook menuliskan karena jika terjadi banjir dan sungai meluap maka akses penghubung antara Desa Ollot dan Desa Goyo akan sangat berbahaya dan ekstrem. Selain itu, biaya yang harus dikeluarkan oleh warga untuk menyeberang sungai dengan menggunakan rakit saat sungai normal di banderol Rp 3 ribu sekali lewat. Jika masyarakat Bolangitang dan sekitarnya ada yang berkebun di seberang sungai maka biaya yang mereka keluarkan Rp 6 ribu per hari. Jika rutin ke kebun dan dijumlahkan dalam sebulan menelan biaya yang cukup untuk membeli beras untuk dimakan sepekan. Belum lagi jika sungai sedang banjir dan air meluap, biayanya jadi berlipat ganda Ro 10 ribu sekali lewat dengan risiko tinggi. Tak hanya itu, di jalur sungai yang terbilang ekstrem itu banyak terjadi kecelakaan. Lebih miris kalau ada masyarakat yang sakit atau mau bersalin dan harus terpaksa melewati jalur yang berbahaya itu. Hal ini menjadikan Desa Goyo menjadi lebih tertinggal daripada desa lainnya. (Buyung Potabuga/can)

Editor: Chanly Mumu (UKW: 17401)

Tags

Terkini

Polsek Bolangitang Sita 415 Liter Captikus

Selasa, 21 Juni 2022 | 20:43 WIB

8 Ribu Pasangan di Bolmut Belum Nikah Sah

Kamis, 16 Juni 2022 | 16:42 WIB

Pontoh: Ayo Vaksin, Kita Bangun Kekebalan Kelompok

Sabtu, 18 Desember 2021 | 10:54 WIB

Urus Sertifikat Tanah di Bolmut Gratis

Kamis, 16 Desember 2021 | 12:45 WIB

Kuatkan Ekonomi, Dorong Peningkatan UMKM

Rabu, 17 November 2021 | 19:24 WIB

Disperkimhan Tempati Kantor Baru

Senin, 8 November 2021 | 14:18 WIB
X