MANADOPOST.ID---Respon masyarakat terhadap sistem pembayaran berbasis digital di Indonesia terus menunjukan pertumbuhan positif. Asisten Gubernur Bank Indonesia Filianingsih Hendarta menyebutkan, tahun ini, penggunaan transkasi digital meningkat sekira 37 persen. Dia menekankan, peningkatan ini, tidak hanya didororong oleh adanya pandemi Covid-19, tapi karena pergeseran pola hidup masyarakat yang mulai nyaman dengan sistem transkasi yang lebih mudah dan efisien. "Penggunaan uang elektornik kita meningkat 12, 5 persen. Khususnya E- Commerce kenaikannya mencapai 43 persen," sebutnya di sela kegiatan Prospek Ekonomi dan Arah Kebijakan Bank Indonesia 2021 dengan tema ' Sinergi untuk Pemulihan Ekonomi', yang disiarkan langsung melalui kanal Youtube, Instagram dan Facebook resmi Bank Indonesia, Senin (7/12) kemarin. Pada kesempatan itu pun, dia menjelaskan terkait perkembangan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS). Di mana hingga saat ini tercatat lebih dari 5,4 juta merchant yang menerapkan sistem pembayaran tersebut. " QRIS adalah bukti Tranformasi BI. Yang saat ini paling banyak digunakan oleh pelaku UMKM," katanya, sembari memastikan, kedepannya BI akan memperbaharui aplikasi QRIS agar bisa digunakan tanpa tatap muka. " Kedepannya QRIS tidak hanya ada pada merchant tapi juga pada pembeli. Artinya kita semua bisa punya barcode QRIS, dan dapat melakukan transaksi tanpa tatap muka. Semua masih dalam proses pengembangan, " jelas Filianingsih yang saat itu didampingi Host Raditiya Suka dan Asisten Gubernur Bank Indonesia Dyah Makhijani. Di sisi lain, Kepala Departemen Pengelola Uang Bank Indonesia, Marlison Hakim menekankan, meningkatnya minat penggunaan uang digital, tidak semerta-merta membuat permintaan uang tunai berkurang. Dia menilai, sejauh ini Tranformasi digital non tunai dan tunai tumbuh bersama. Meskipun tak memungkiri, delapan tahun kedepan, permintaan uang tunai akan mengalami penurunan seiring dengan pesatnya pertumbuhan digital. " Tapi sejauh ini permintaan uang tunai masih tetap ada. Tapi kami yang melakukan tranformasi dalam melakukan peredaran uang tunai, " tekannya. Dia menegaskan, ketersediaan uang tunai rupiah masih sangat perlu, karena merupakan lambang dari kedaulatan rakyat. " Di negara yang digitalnya pesat pun tetap membutuhkan uang tunai. Hanya saja sistemnya yang memang harus lebih modern dengan Tranformasi digital. Sehingga Bank Indonesia terus beradaptasi dengan yang namanya perubahan, " tutupnya. (ayu)