28.4 C
Manado
Tuesday, 28 March 2023

Waspada Demam ASF, Ekspor Daging Babi Sulut Capai 653 Ton

MANADOPOST.ID—-Daging babi, tidak hanya menjadi santapan favorit sebagian besar masyarakat Nyiur Melambai. Tapi juga mmenjadi salah satu komoditas yang memiliki potensi ekspor yang besar.

Sepanjang tahun ini, Kementerian Pertanian melalui Karantina Pertanian Manado menyebut adanya lonjakan lalu lintas komoditas daging babi yang meningkat signifikan.

Dari data pada sistem perkarantinaan, IQFAST Barantan, sampai Juni 2021 pengiriman daging babi asal Sulut mencapai 653 ton, atau meningkat lima kali lipat dibanding lalu lintas pada periode sama di tahun sebelumnya yang hanya 108 ton saja.

Di sisi lain, saat ini penyakit demam babi afrika atau African Swine Fever (ASF) menjadi momok tersendiri bagi para peternak babi di Sulut. Pasalnya hingga saat ini, Sulut masih menjadi salah satu wilayah yang masih bebas ASF.

Baca Juga:  Mau Hidup Sehat? Telkomsel Luncurkan Aplikasi FITA, Ini Fungsinya
1491945 Adx_ManadoPost_InPage_Mobile

“Inilah yang harus kita waspadai dan tetap dijaga,” ujar Donni Muksydayan, Kepala Karantina Pertanian Manado.

Menurutnya, saat ini tujuan didominasi ke DKI Jakarta dan situasi ini sangat menguntungkan para pelaku agribisnis di wilayah kerjanya. Untuk itu, pihaknya melakukan kerjasama dengan seluruh entitas terkait untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap wabah yang sangat bahaya karena memiliki tingkat kematian (mortalitas) yang tinggi, yaitu 100 persen. Apalagi Sulut juga memiliki posisi yang strategis sekaligus terjepit oleh wilayah yang terdampak termasuk negara tetangga Filipina, jelasnya.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Asosiasi Peternak Babi Sulut Gilbert Wantalangi, juga turut menyampaikan bahwa upaya pencegahan masuknya demam babi Afrika tersebut tidak dapat dilakukan secara mandiri.
” Namun diperlukan sinergitas para pelaku usaha, peternak maupun pemerintah dalam upaya pencegahan masuknya ASF terutama di pintu-pintu pemasukan seperti pelabuhan dan bandara,” tekannya.

Baca Juga:  Menko Airlangga: Pemerintah Perluas Kebijakan Implementasi Eco-Industrial Park

Senada, Kepala Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani Badan Karantina Pertanian, Wisnu Wasisa menegaskan, mengawasi keamanan dan mengendalikan mutu pangan dan pakan asal produk pertanian pihaknya telah menerapkan sistem pencegahan masuknya ASF dari wilayah wabah.

Lanjutnya, upaya pencegahan yang dilakukan bersama yang didukung oleh seluruh instansi tersebut patut diperkuat, demi menjaga mobilitas bisnis komoditas daging babi khususnya wilayah Sulut yang kini menjadi harapan baru.

“Ini benar-benar harus menjadi kesadaran bersama, mengingat resikonya tidak hanya melalui lalulintas babi hidup, tapi juga dari sisa makanan olahan yang berasal dari daerah tertular, ini harus menjadi kesadaan bersama-sama,” pungkasnya.

(ayu)
,

MANADOPOST.ID—-Daging babi, tidak hanya menjadi santapan favorit sebagian besar masyarakat Nyiur Melambai. Tapi juga mmenjadi salah satu komoditas yang memiliki potensi ekspor yang besar.

Sepanjang tahun ini, Kementerian Pertanian melalui Karantina Pertanian Manado menyebut adanya lonjakan lalu lintas komoditas daging babi yang meningkat signifikan.

Dari data pada sistem perkarantinaan, IQFAST Barantan, sampai Juni 2021 pengiriman daging babi asal Sulut mencapai 653 ton, atau meningkat lima kali lipat dibanding lalu lintas pada periode sama di tahun sebelumnya yang hanya 108 ton saja.

Di sisi lain, saat ini penyakit demam babi afrika atau African Swine Fever (ASF) menjadi momok tersendiri bagi para peternak babi di Sulut. Pasalnya hingga saat ini, Sulut masih menjadi salah satu wilayah yang masih bebas ASF.

Baca Juga:  AJP 2020 Sukses Digelar, 8 Karya Terbaik Siap Wakili Sulawesi

“Inilah yang harus kita waspadai dan tetap dijaga,” ujar Donni Muksydayan, Kepala Karantina Pertanian Manado.

Menurutnya, saat ini tujuan didominasi ke DKI Jakarta dan situasi ini sangat menguntungkan para pelaku agribisnis di wilayah kerjanya. Untuk itu, pihaknya melakukan kerjasama dengan seluruh entitas terkait untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap wabah yang sangat bahaya karena memiliki tingkat kematian (mortalitas) yang tinggi, yaitu 100 persen. Apalagi Sulut juga memiliki posisi yang strategis sekaligus terjepit oleh wilayah yang terdampak termasuk negara tetangga Filipina, jelasnya.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Asosiasi Peternak Babi Sulut Gilbert Wantalangi, juga turut menyampaikan bahwa upaya pencegahan masuknya demam babi Afrika tersebut tidak dapat dilakukan secara mandiri.
” Namun diperlukan sinergitas para pelaku usaha, peternak maupun pemerintah dalam upaya pencegahan masuknya ASF terutama di pintu-pintu pemasukan seperti pelabuhan dan bandara,” tekannya.

Baca Juga:  Mau Hidup Sehat? Telkomsel Luncurkan Aplikasi FITA, Ini Fungsinya

Senada, Kepala Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani Badan Karantina Pertanian, Wisnu Wasisa menegaskan, mengawasi keamanan dan mengendalikan mutu pangan dan pakan asal produk pertanian pihaknya telah menerapkan sistem pencegahan masuknya ASF dari wilayah wabah.

Lanjutnya, upaya pencegahan yang dilakukan bersama yang didukung oleh seluruh instansi tersebut patut diperkuat, demi menjaga mobilitas bisnis komoditas daging babi khususnya wilayah Sulut yang kini menjadi harapan baru.

“Ini benar-benar harus menjadi kesadaran bersama, mengingat resikonya tidak hanya melalui lalulintas babi hidup, tapi juga dari sisa makanan olahan yang berasal dari daerah tertular, ini harus menjadi kesadaan bersama-sama,” pungkasnya.

(ayu)
,

Most Read

Artikel Terbaru