MANADOPOST.ID— Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Sulut Nico Lieke mengakui, imbas Covid-19 sudah dirasakan sejak Februari lalu. Dia menyebutkan dari total 9.000 an hotel yang ada di Indonesia, 20 persen diantaranya sudah memilih untuk tutup. Ada yang ‘mati suri’, bahkan sebagian besar sudah mencabut diri dari Traveloka, karena okupansinya turun drastis. Dari biasanya 90 hingga 100 persen, sekarang tinggal di angka 5 persen.
Lieke membeber, dalam industri perhotelan, hampir dipastikan, semua pengusaha pasti melakukan pinjaman di bank dengan bunga yang sangat besar.
“Sekarang semua hotel sudah tidak memiliki tamu. Yang memutuskan tutup pasti dengan berat hati merumahkan karyawan, dan yang masih buka tetap melakukan pengurangan karyawan. Yang jadi persoalan, pendapatan tidak stabile, namun biaya yang dikeluarkan untuk bayar listrik dan cicilan masih sangat besar,” urainya, di sela diskusi virtual mengenai ‘WFH, PHK, dan Produktivitas di Masa Covid-19’ yang diinisiasi oleh Manado Post, Senin (27/4) kemarin.
Sebagai Ketua PHRI, dia pun berharap, masalah covid-19 akan kembali normal di bulan Agustus. Menurutnya ada tiga periode yang akan dihadapi. Mulai dari periode hari ini, periode masa covid-19 dan periode pasca covid -19.
1491945 Adx_ManadoPost_InPage_Mobile
“Antara pariwisata dan PHRI memiliki keterkaitan. Sehingga kami berharap ada langkah yang pasti yang dilakukan pemerintah untuk menyelamatkan semua sektor yang terdampak. Pengusaha akan tetap optimis,” pekik Ketua Apindo Sulut tersebut.(ayu)
MANADOPOST.ID— Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Sulut Nico Lieke mengakui, imbas Covid-19 sudah dirasakan sejak Februari lalu. Dia menyebutkan dari total 9.000 an hotel yang ada di Indonesia, 20 persen diantaranya sudah memilih untuk tutup. Ada yang ‘mati suri’, bahkan sebagian besar sudah mencabut diri dari Traveloka, karena okupansinya turun drastis. Dari biasanya 90 hingga 100 persen, sekarang tinggal di angka 5 persen.
Lieke membeber, dalam industri perhotelan, hampir dipastikan, semua pengusaha pasti melakukan pinjaman di bank dengan bunga yang sangat besar.
“Sekarang semua hotel sudah tidak memiliki tamu. Yang memutuskan tutup pasti dengan berat hati merumahkan karyawan, dan yang masih buka tetap melakukan pengurangan karyawan. Yang jadi persoalan, pendapatan tidak stabile, namun biaya yang dikeluarkan untuk bayar listrik dan cicilan masih sangat besar,” urainya, di sela diskusi virtual mengenai ‘WFH, PHK, dan Produktivitas di Masa Covid-19’ yang diinisiasi oleh Manado Post, Senin (27/4) kemarin.
Sebagai Ketua PHRI, dia pun berharap, masalah covid-19 akan kembali normal di bulan Agustus. Menurutnya ada tiga periode yang akan dihadapi. Mulai dari periode hari ini, periode masa covid-19 dan periode pasca covid -19.
“Antara pariwisata dan PHRI memiliki keterkaitan. Sehingga kami berharap ada langkah yang pasti yang dilakukan pemerintah untuk menyelamatkan semua sektor yang terdampak. Pengusaha akan tetap optimis,” pekik Ketua Apindo Sulut tersebut.(ayu)