MANADOPOST. ID—Realisasi penerimaan yang ditargetkan pada jajaran kementerian keuangan di Sulut menyentuh angka 44,86 persen atau Rp 1,97 triliun dari total pagu Rp 4,3 triliun penerimaan yang ada.
Hal ini diungkapkan Kepala Kanwil DJBC Sulbagtara Cerah Bangun dalam press conference APBN Sulut triwulan II tahun 2021 yang digelar secara daring melalui zoom meeting dan streaming youtube.
“Sementara untuk belanja APBN target yang dibebankan sebesar Rp 13,96 triliun yang direalisasi Rp 5,25 triliun atau 37,61 persen,” bebernya.
Lanjutnya, untuk DJBC Sulbagtara di Sulut untuk target bea keluar naik signifikan. “Sebenarnya ditargetkan Rp 1,1 miliar namun realisasi menjadi Rp 42 miliar atau sebesar 3.590 persen, ini terkait dengan adanya peningkatan harga patokan ekspor CPO (crude palm oil) dan turunannya,” terangnya.
Sementara Kepala Kantor Wilayah DJP Sulutenggomalut Dodik Samsu Hidayat membeber penerimaan pajak di Sulut sudah mencapai 42 persen. Ini meningkat dibanding tahun kemarin. “Terutama ditopang oleh tingkat kepatuhan wajib pajak Sulut tahun ini yang mencapai 89,25 persen,” timpanya.
Dia berharap dengan sisa waktu yang ada target 100 persen kepatuhan penyampaian SPT bisa tercapai. “Kami imbau yang belum menyampaikan SPT nya agar segera dilakukan, untuk membantu pemerintah dalam menanggulangi pandemic,” imbuhnya.
Di sisi lain, Kepala Kantor Wilayah DJKN Suluttenggomalut Aloysius Yanis Dhaniarto membeber sampai dengan 30 Juni kanwil sudah menyumbang Rp 3,8 miliar PNBP di Sulut. ”Capaian kami 58,87 persen dari target yang diberikan sebesar Rp 6,5 miliar,” sebutnya.
Sementara Kepala Kanwil DJPb Sulut Ratih Hapsari Kusumawardani menyebutkan untuk kajian fiskal regional secara umum perekonomian Sulut pada triwulan I secara YoY naik 1.87 persen.
“Ini menguat karena investasi dan permintaan eksternal. Ini menguat dibanding triwulan sebelumnya yang terkontraksi -2,22 persen,” bebernya.
Lanjutnya, sisi Konsumsi tumbuh positif 1,19 persen dibanding periode sebelumnya tahun kemarin.
“Namun untuk unsur belanja pemerintah masih mengalami pertumbuhan negatif antara lain karena realisasi belanja awal tahun yang masih rendah,” timpanya.
Dia menambahkan, beberapa sektor perekonomian yang paling terdampak covid adalah pariwisata dan transportasi.
“Selain itu juga tingkat vaksinasi kita yang sampai 21 juli masih rendah sekira 32 persen sangat memberi dampak. Apabila vaksinasi tinggi dan kasus berhasil diturunkan diharapkan beberapa variabel fiskal dan makro ekonomi dapat menunjukan perbaikan,” imbuhnya.
Dia menyebutkan, saat ini APBN bekerja keras agar kita bisa pulih secara ekonomi dan kesehatan segera membaik. “Untuk DAK Fisik baru mencapai 6,2 persen, Dana Desa baru 34,32 persen.
Memang masih banyak kendala, untuk itu kami kementerian keuangan melakukan beberapa langkah percepatan agar BLT Desa segera dipercepat penyalurannya dan memulihkan ekonomi pedesaan,” tandasnya. (asyer/ayu)