Rabu, 7 Juni 2023

Konflik Rusia-Ukraina: 925 Warga Sipil Meninggal, 75 Diantaranya Anak-anak

- Kamis, 24 Maret 2022 | 19:05 WIB
Proses evakuasi korban serangan Rusia di Mariupol, Ukraina (Istimewa)
Proses evakuasi korban serangan Rusia di Mariupol, Ukraina (Istimewa)

MANADOPOST.ID- Kantor HAM PBB (OHCHR) melaporkan, hingga 20 Maret, total ada 925 warga sipil yang meninggal. Sebanyak 75 di antaranya adalah anak-anak. Selain itu, 1.496 orang lainnya luka-luka. Jumlah di lapangan sangat mungkin lebih banyak. Sebab, di beberapa wilayah, tim penyelamat tak bisa mengakses gedung-gedung yang hancur setelah dibom. Salah satunya gedung teater di Mariupol yang dibom Rusia. Padahal, di dalamnya ada lebih dari seribu perempuan dan anak-anak. Hingga kini, belum ada laporan resmi berapa korban jiwa dari pengeboman tersebut. Menurut sejumlah kesaksian, jenazah tentara dan warga sipil bergeletakan di jalanan kota Mariupol. Tidak ada yang bisa dilakukan karena Rusia menggempur kota itu habis-habisan. Berdasar data Badan Pengungsi PBB (UNHCR), lebih dari 3,6 juta warga Ukraina telah mengungsi ke negara-negara sekitar. Enam juta orang lainnya mengungsi di kota-kota dalam negeri yang dirasa masih aman. Di pihak Rusia, jumlah korban jiwa juga sama besarnya. Awal Maret, Kementerian Pertahanan Rusia mengakui bahwa 498 tentara mereka tewas dan 1.500 lainnya luka-luka. Jumlah itu cukup besar jika menilik pengumuman diberikan 10 hari pascainvasi. Namun, Ukraina dan AS mengklaim bahwa jumlahnya 10–30 kali lipat dari data yang dirilis tersebut. Senin (21/3), tabloid Komsomolskaya Pravda memublikasikan pernyataan bahwa berdasar data Kementerian Pertahanan Rusia, ada 9.861 tentara yang tewas dan 16.153 luka. Itu adalah tabloid yang beritanya kerap pro-Kremlin. Dalam hitungan menit, kalimat tentang angka korban tewas dan luka itu hilang. Media yang berdiri sejak 13 Maret 1925 tersebut lantas membuat pernyataan bahwa akun mereka telah diretas dan info itu tidak benar. Selasa (22/3), pejabat senior AS menyatakan bahwa kekuatan tempur Rusia menurun 90 persen jika dibandingkan dengan awal invasi. Mereka mengalami kekurangan persenjataan, korban yang meningkat, masalah moral dan kontrol, serta kemajuan penyerangan ke Kiev yang terhenti. Saat ini Rusia sepertinya lebih fokus menguasai Mariupol, kota yang bisa menghubungkan Donetsk dan Luhansk dengan Krimea. Dua bom berkekuatan besar menghantam kota itu saat upaya penyelamatan penduduk berlangsung. Ada sekitar 100 ribu warga yang terjebak di kota tersebut. Zelensky menuding pasukan Rusia telah menyita konvoi bantuan kemanusiaan di dekat Mangush, sebelah barat Mariupol. ’’Penduduk yang tinggal di kota itu dalam kondisi tidak manusiawi, diblokade total, tanpa makanan, air, dan obat-obatan, serta pengeboman terus-menerus,’’ ujarnya, seperti dikutip The Guardian. Negosiasi Rusia-Ukraina juga belum membuahkan hasil. Jubir Kepresidenan Rusia Dmitri Peskov mengungkapkan, kemajuan pembicaraan dua negara berlangsung jauh lebih lambat dan kurang substansif. Di lain pihak, Zelensky masih menuntut penarikan pasukan Rusia secara penuh dari negaranya. Sebagai gantinya, dia siap berjanji untuk tidak bergabung dengan NATO. ’’Kami tidak akan bergabung dengan NATO jika itu bisa membawa perdamaian,’’ ucapnya, seperti dikutip New York Post. (sha/c18/oni/jawapos)

Editor: Tanya Rompas

Tags

Terkini

AS Cari Warganya yang Hilang di Indonesia

Sabtu, 25 Maret 2023 | 13:41 WIB
X