MANADOPOST.ID–Jumlah warga sipil di Ukraina yang menjadi korban jiwa sudah lebih dari 3.000 orang sejak Rusia melancarkan serangan ke Ukraina pada 24 Februari.
OHCHR, kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang menangani masalah hak asasi manusia pada Minggu (1/5), menyebut jumlah total korban jiwa, yaitu 3.153 orang. Jumlah itu menunjukkan kenaikan sebanyak 254 jiwa menurut data pada Jumat (29/4).
Menurut OHCHR, jumlah total itu sebenarnya kemungkinan lebih tinggi. Sebagian besar dari ribuan korban jiwa itu tewas akibat ledakan dari berbagai senjata.
”Seperti melalui serangan rudal dan serangan udara, yang menimbulkan dampak luas,” kata kantor PBB itu seperti dilansir dari Antara.
1491945 Adx_ManadoPost_InPage_Mobile
Rusia menyebut tindakannya di Ukraina sebagai operasi khusus untuk melucuti senjata Ukraina serta melindungi negara itu dari kaum penganut fasisme. Ukraina dan negara-negara Barat menganggap alasan Rusia itu tidak berdasar.
Sementara itu, Denmark akan membuka kembali kedutaan besarnya di Ukraina pada Senin (2/5) setelah ditutup akibat serangan Rusia ke Ukraina pada 24 Februari.
”Ini adalah simbol yang sangat kuat dari dukungan Denmark untuk Ukraina dan warga Ukraina bahwa kami akan membuka kembali pintu Kedutaan Besar Denmark,” kata Menteri Luar Negeri Jeppe Kofod kepada media Denmark DR.
Sejumlah negara lain, seperti Prancis, Amerika Serikat, dan Inggris, baru-baru ini mengumumkan bahwa mereka memindahkan lagi kedubes ke Kiev.(Jawapos)
MANADOPOST.ID–Jumlah warga sipil di Ukraina yang menjadi korban jiwa sudah lebih dari 3.000 orang sejak Rusia melancarkan serangan ke Ukraina pada 24 Februari.
OHCHR, kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang menangani masalah hak asasi manusia pada Minggu (1/5), menyebut jumlah total korban jiwa, yaitu 3.153 orang. Jumlah itu menunjukkan kenaikan sebanyak 254 jiwa menurut data pada Jumat (29/4).
Menurut OHCHR, jumlah total itu sebenarnya kemungkinan lebih tinggi. Sebagian besar dari ribuan korban jiwa itu tewas akibat ledakan dari berbagai senjata.
”Seperti melalui serangan rudal dan serangan udara, yang menimbulkan dampak luas,” kata kantor PBB itu seperti dilansir dari Antara.
Rusia menyebut tindakannya di Ukraina sebagai operasi khusus untuk melucuti senjata Ukraina serta melindungi negara itu dari kaum penganut fasisme. Ukraina dan negara-negara Barat menganggap alasan Rusia itu tidak berdasar.
Sementara itu, Denmark akan membuka kembali kedutaan besarnya di Ukraina pada Senin (2/5) setelah ditutup akibat serangan Rusia ke Ukraina pada 24 Februari.
”Ini adalah simbol yang sangat kuat dari dukungan Denmark untuk Ukraina dan warga Ukraina bahwa kami akan membuka kembali pintu Kedutaan Besar Denmark,” kata Menteri Luar Negeri Jeppe Kofod kepada media Denmark DR.
Sejumlah negara lain, seperti Prancis, Amerika Serikat, dan Inggris, baru-baru ini mengumumkan bahwa mereka memindahkan lagi kedubes ke Kiev.(Jawapos)