29.4 C
Manado
Sunday, 26 March 2023

WHO Tegaskan, 2022 Masih Akan Terjadi Pandemi Covid, Ini Penyebabnya

MANADOPOST.ID–Dunia sejatinya mulai membaik. Penerbangan internasional kembali dibuka dan sejumlah aturan di berbagai negara dilonggarkan.

Meski begitu, pandemi Covid-19 belum berakhir. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menegaskan, pandemi masih akan terjadi pada 2022. Salah satu penyebabnya adalah penyebaran vaksin yang tidak merata.

Sebagian besar negara maju dan berkembang hampir memenuhi target vaksinasi mereka. Vaksin bahkan diberikan gratis. Karena itu, mereka berani melonggarkan aturan dan membuka kembali perbatasan. Namun, situasi berbeda dialami negara-negara miskin yang tak mampu membeli vaksin sendiri.

’’Populasi penduduk Afrika yang sudah divaksin kurang dari 5 persen. Padahal, di sebagian besar benua lain, angkanya sudah mencapai 40 persen,’’ tegas Dr Bruce Aylward, penasihat senior di WHO, seperti dikutip BBC.

1491945 Adx_ManadoPost_InPage_Mobile

Mayoritas vaksin Covid-19 yang tersedia telah digunakan negara-negara berpenghasilan lebih. Afrika hanya menggunakan 2,6 persen dari dosis yang beredar secara global.

Baca Juga:  Dubes Inggris: Sangat Menarik, Taliban Memilih Mendukung Operasi Ini

Beberapa negara kaya sudah berjanji menyumbangkan vaksin ke negara kurang mampu. Namun, jumlahnya belum memadai. Inggris berjanji menyumbangkan 100 juta dosis. Baru 10 juta dosis yang dikirim.

PBB dan beberapa lembaga sejatinya mendirikan Covax untuk mendistribusikan vaksin secara adil. Namun, negara-negara anggota G7 memilih bernegosiasi sendiri dengan pembuat vaksin. Oxfam dan UNAids mengkritik Kanada dan Inggris karena ikut dalam program Covax untuk pengadaan vaksin bagi penduduk mereka sendiri.

’’Kita benar-benar harus mempercepat (distribusi vaksin) ini atau pandemi akan berlangsung setahun lebih lama,’’ ujar Aylward.

Di sisi lain, India yang pernah terpuruk karena ledakan kasus Covid-19 merayakan keberhasilan pada Kamis (21/10). Mereka sukses menyuntikkan 1 miliar vaksin kepada penduduknya. Sekitar 90 persen adalah AstraZeneca yang diproduksi Serum Institute of India.

Baca Juga:  Indonesia Perlu Belajar dari Brunei, Sukses Tekan Covid 0 Kasus, Sultan Pun Gelar Pesta Mewah

Menteri Kesehatan India Mansukh Mandaviya bakal memutar lagu dan film era Mughal yang berjudul Red Fort atau Lal Qila di New Delhi, untuk merayakan capaian itu. ’’Saya memohon agar penduduk yang belum divaksin segera melakukannya dan berkontribusi terhadap perjalanan vaksinasi bersejarah kita,’’ ucapnya, seperti dikutip Al Jazeera.

India sempat terlambat memulai vaksinasi. Hal itu berdampak pada gelombang penularan besar-besaran varian Delta. Populasi di India mencapai 1,3 miliar. Saat ini baru 30 persen penduduk dewasa yang divaksin penuh dan 74 persen mendapat satu dosis.(Jawapos)

MANADOPOST.ID–Dunia sejatinya mulai membaik. Penerbangan internasional kembali dibuka dan sejumlah aturan di berbagai negara dilonggarkan.

Meski begitu, pandemi Covid-19 belum berakhir. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menegaskan, pandemi masih akan terjadi pada 2022. Salah satu penyebabnya adalah penyebaran vaksin yang tidak merata.

Sebagian besar negara maju dan berkembang hampir memenuhi target vaksinasi mereka. Vaksin bahkan diberikan gratis. Karena itu, mereka berani melonggarkan aturan dan membuka kembali perbatasan. Namun, situasi berbeda dialami negara-negara miskin yang tak mampu membeli vaksin sendiri.

’’Populasi penduduk Afrika yang sudah divaksin kurang dari 5 persen. Padahal, di sebagian besar benua lain, angkanya sudah mencapai 40 persen,’’ tegas Dr Bruce Aylward, penasihat senior di WHO, seperti dikutip BBC.

Mayoritas vaksin Covid-19 yang tersedia telah digunakan negara-negara berpenghasilan lebih. Afrika hanya menggunakan 2,6 persen dari dosis yang beredar secara global.

Baca Juga:  Darurat Covid, Media Asing Soroti Indonesia

Beberapa negara kaya sudah berjanji menyumbangkan vaksin ke negara kurang mampu. Namun, jumlahnya belum memadai. Inggris berjanji menyumbangkan 100 juta dosis. Baru 10 juta dosis yang dikirim.

PBB dan beberapa lembaga sejatinya mendirikan Covax untuk mendistribusikan vaksin secara adil. Namun, negara-negara anggota G7 memilih bernegosiasi sendiri dengan pembuat vaksin. Oxfam dan UNAids mengkritik Kanada dan Inggris karena ikut dalam program Covax untuk pengadaan vaksin bagi penduduk mereka sendiri.

’’Kita benar-benar harus mempercepat (distribusi vaksin) ini atau pandemi akan berlangsung setahun lebih lama,’’ ujar Aylward.

Di sisi lain, India yang pernah terpuruk karena ledakan kasus Covid-19 merayakan keberhasilan pada Kamis (21/10). Mereka sukses menyuntikkan 1 miliar vaksin kepada penduduknya. Sekitar 90 persen adalah AstraZeneca yang diproduksi Serum Institute of India.

Baca Juga:  Uni Eropa Bakal Tambah Sanksi untuk Rusia, Sektor Minyak dan Perbankan Jadi Target

Menteri Kesehatan India Mansukh Mandaviya bakal memutar lagu dan film era Mughal yang berjudul Red Fort atau Lal Qila di New Delhi, untuk merayakan capaian itu. ’’Saya memohon agar penduduk yang belum divaksin segera melakukannya dan berkontribusi terhadap perjalanan vaksinasi bersejarah kita,’’ ucapnya, seperti dikutip Al Jazeera.

India sempat terlambat memulai vaksinasi. Hal itu berdampak pada gelombang penularan besar-besaran varian Delta. Populasi di India mencapai 1,3 miliar. Saat ini baru 30 persen penduduk dewasa yang divaksin penuh dan 74 persen mendapat satu dosis.(Jawapos)

Most Read

Artikel Terbaru