29.4 C
Manado
Tuesday, 21 March 2023

Dekat dengan Tinutuan, Cakalang, hingga Panada, Ini Sisi Lain Dubes RI untuk Kanada

Pada 17 November 2021 lalu, Daniel Tumpal Sumurung Simanjuntak dilantik Presiden Joko Widodo sebagai Duta Besar Republik Indonesia untuk Kanada dan Wakil Tetap RI untuk ICAO. Ini merupakan penugasan pertama Daniel sebagai duta besar. Namun sederet pengalaman diplomat sudah dilakoni suami tercinta Tricia Malonda ini.

Laporan, Angel Rumeen

NAMA Daniel Tumpal Sumurung Simanjuntak beberapa waktu lalu cukup populer di tanah bumi Nyiur Melambai. Ini terkait meninggalnya salah satu mahasiswi asal Sulawesi Utara (Sulut) yang sedang belajar di Kanada. Tak banyak yang tahu, ternyata Daniel sendiri punya kedekatan khusus dengan Sulut. Sang istri Tricia Malonda, atau yang akrab disapa Sisi, orang Kakas, Minahasa. Bahkan di tengah kesibukannya sebagai seorang diplomat, Daniel sempat beberapa kali ke Manado, khususnya Kakas.

“Saya pernah ke Manado. Pertama kali seminggu setelah pemberkatan nikah di Jakarta. Kami ke Manado untuk acara ucapan syukur. Acara saat itu dilaksanakan di rumah mertua, Keluarga Malonda-Nender, di kampung halaman mereka di Kakas dan di gereja GMIM yang terletak di samping rumah,” tutur sarjana Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dan Magister Hubungan Internasional di Universitas Indonesia ini. Dia menambahkan, orang tua sang istri Ernst Malonda dan Trieny Malonda-Nender.

1491945 Adx_ManadoPost_InPage_Mobile

Menikah dengan orang Manado, Daniel juga terbiasa dengan budaya Manado. Termasuk lidahnya cukup Manado. “Makanan Manado banyak yang saya kenal. Makanan yang saya suka tinutuan, nasi jaha, sate (ragey), ikan cakalang, klappertart, panada,” ujar peraih gelar MA di Portsmouth University, Inggris (2002) dan LL.M di Erasmus University Belanda (2004) itu.

Untuk bahasa Manado, Daniel juga mengaku tahu. “Saya mengerti sedikit. Mertua saya masih sering berbahasa Manado di rumah,” tambahnya. Keindahan alam Manado juga berhasil memikat Direktur Afrika di Direktorat Jenderal Asia dan Pasifik Kementerian Luar Negeri 2017-2021 ini. “Alam bawah laut Manado dikenal indah. Saya pernah diving di Bunaken,” tukas Daniel.

Baca Juga:  Turut Berdukacita! Ibunda Danlantamal Manado Tutup Usia

Dia bercerita, mertuanya masih sering pulang pergi Jakarta-Manado (Winangun), dan Kakas. “Mereka saya lihat aktif dalam kegiatan yang terkait Kakas dan acara orang Manado di Jakarta. Kakak ipar saya (Lisa Malonda) juga sepertinya ikut aktif kegiatan di Jakarta yang terkait Sulawesi Utara. perkumpulan keluarga Manado seperti Matuari Waya, K3, atau acara lain. Di antaranya perkumpulan Keluarga Kakas,” urainya.

Bicara sang istri, Daniel mengungkap dia bertemu dengan Sisi, saat bersekolah di SMA yang sama, SMA 6 Jakarta. Diapun sangat bersyukur, dukungan keluarga pada karir diplomatnya sangat besar. “Keluarga sangat mendukung dan memahami tugas2 saya karena saya bekerja dan berkarir di Kemlu sudah cukup lama,” tutur Minister Counselor for Economic Affairs, Embassy of the Republic of Indonesia in Washington DC (KBRI Washington DC) 2011-2014 ini.

Lalu bagaimana dia menapaki karir diplomat ini? “Saya masuk ujian masuk Kementerian Luar Negeri sebagai CPNS tahun 1996. Mendapatkan proses yang lama, resminya masuk tahun 1997,” katanya. Proses rekrutmen di Kementerian Luar Negeri, lanjut Daniel transparan dan cukup banyak peminat.

Menjalani tugas sebagai duta besar ada pahit dan manisnya. Apalagi ini kali pertama kepercayaan itu diberikan. “Iya, ini pertama kali dipercaya sebagai Duta Besar. Saya baru tiba di Ottawa, Kanada akhir Desember tahun lalu. Sebagai diplomat biasa tentu sudah rasakan pahit dan manisnya penugasan di luar negeri dan di dalam negeri. Suka dukanya pasti ada ya seperti juga pekerjaan lain,” sebutnya.

Baca Juga:  Tujuh Dojo Sepakat Pilih Suharto Kiu, Inilah Target Kempo Manado di Porprov Bolmong  

Mendapat tugas perdana sebagai duta besar, Daniel mengiyakan punya tantangan baru dibanding tanggung jawab di posisi sebelumnya. “Dalam penempatan-penempatan sebelumnya tugasnya lebih spesifik dan bertanggung jawab ke Dubes. Misalkan di Belanda, saya sebagai diplomat yunior memegang isu politik dalam hubungan bilateral serta yang terkait dengan organisasi internasional di sana yaitu Mahkamah Internasional dan Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW). Penempatan kedua di New York, perwakilan kita untuk PBB spesifik mengurusi isu terkait pasukan perdamaian dan perlucutan senjata. Penempatan di KBRI sudah menjadi lebih senior tanggung jawabnya terkait isu ekonomi bilateral Indonesia-AS dan semua tanggung jawab ke Pak Dubes. Menjadi dubes maka tanggung jawab lebih luas dan komprehensif; tidak hanya dalam hal kerjasama ekonomi atau politik; tapi dalam aspek-aspek lainnya. Semoga bisa menjalankan amanah ini dengan baik,” urai Daniel.

Diapun memotivasi anak muda Sulut yang sekiranya berkeinginan berkarir di diplomat. Menurutnya kalau ada tekad pasti bisa menjalankannya. “Untuk masuk diplomat karir di Kemlu sebagaimana pekerjaan lain, persaingannya ketat. Namun tetap memiliki peluang bagi tiap orang yang mendaftar. Sistem rekrutmen untuk menjadi diplomat Kemlu sangat transparan dan karirnya betul-betul atas dasar merit-system. Kemlu bangga dengan sistem rekrutmennya yang fair dan transparan. Siapapun bisa mencapai puncak selama dia ulet dan kerja keras. Beberapa lulusan dari Sulawesi Utara juga masuk menjadi diplomat Kemlu,” tandasnya.(*)

Pada 17 November 2021 lalu, Daniel Tumpal Sumurung Simanjuntak dilantik Presiden Joko Widodo sebagai Duta Besar Republik Indonesia untuk Kanada dan Wakil Tetap RI untuk ICAO. Ini merupakan penugasan pertama Daniel sebagai duta besar. Namun sederet pengalaman diplomat sudah dilakoni suami tercinta Tricia Malonda ini.

Laporan, Angel Rumeen

NAMA Daniel Tumpal Sumurung Simanjuntak beberapa waktu lalu cukup populer di tanah bumi Nyiur Melambai. Ini terkait meninggalnya salah satu mahasiswi asal Sulawesi Utara (Sulut) yang sedang belajar di Kanada. Tak banyak yang tahu, ternyata Daniel sendiri punya kedekatan khusus dengan Sulut. Sang istri Tricia Malonda, atau yang akrab disapa Sisi, orang Kakas, Minahasa. Bahkan di tengah kesibukannya sebagai seorang diplomat, Daniel sempat beberapa kali ke Manado, khususnya Kakas.

“Saya pernah ke Manado. Pertama kali seminggu setelah pemberkatan nikah di Jakarta. Kami ke Manado untuk acara ucapan syukur. Acara saat itu dilaksanakan di rumah mertua, Keluarga Malonda-Nender, di kampung halaman mereka di Kakas dan di gereja GMIM yang terletak di samping rumah,” tutur sarjana Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dan Magister Hubungan Internasional di Universitas Indonesia ini. Dia menambahkan, orang tua sang istri Ernst Malonda dan Trieny Malonda-Nender.

Menikah dengan orang Manado, Daniel juga terbiasa dengan budaya Manado. Termasuk lidahnya cukup Manado. “Makanan Manado banyak yang saya kenal. Makanan yang saya suka tinutuan, nasi jaha, sate (ragey), ikan cakalang, klappertart, panada,” ujar peraih gelar MA di Portsmouth University, Inggris (2002) dan LL.M di Erasmus University Belanda (2004) itu.

Untuk bahasa Manado, Daniel juga mengaku tahu. “Saya mengerti sedikit. Mertua saya masih sering berbahasa Manado di rumah,” tambahnya. Keindahan alam Manado juga berhasil memikat Direktur Afrika di Direktorat Jenderal Asia dan Pasifik Kementerian Luar Negeri 2017-2021 ini. “Alam bawah laut Manado dikenal indah. Saya pernah diving di Bunaken,” tukas Daniel.

Baca Juga:  Imigrasi Manado-Kampus Tumou Tou Kolaborasi

Dia bercerita, mertuanya masih sering pulang pergi Jakarta-Manado (Winangun), dan Kakas. “Mereka saya lihat aktif dalam kegiatan yang terkait Kakas dan acara orang Manado di Jakarta. Kakak ipar saya (Lisa Malonda) juga sepertinya ikut aktif kegiatan di Jakarta yang terkait Sulawesi Utara. perkumpulan keluarga Manado seperti Matuari Waya, K3, atau acara lain. Di antaranya perkumpulan Keluarga Kakas,” urainya.

Bicara sang istri, Daniel mengungkap dia bertemu dengan Sisi, saat bersekolah di SMA yang sama, SMA 6 Jakarta. Diapun sangat bersyukur, dukungan keluarga pada karir diplomatnya sangat besar. “Keluarga sangat mendukung dan memahami tugas2 saya karena saya bekerja dan berkarir di Kemlu sudah cukup lama,” tutur Minister Counselor for Economic Affairs, Embassy of the Republic of Indonesia in Washington DC (KBRI Washington DC) 2011-2014 ini.

Lalu bagaimana dia menapaki karir diplomat ini? “Saya masuk ujian masuk Kementerian Luar Negeri sebagai CPNS tahun 1996. Mendapatkan proses yang lama, resminya masuk tahun 1997,” katanya. Proses rekrutmen di Kementerian Luar Negeri, lanjut Daniel transparan dan cukup banyak peminat.

Menjalani tugas sebagai duta besar ada pahit dan manisnya. Apalagi ini kali pertama kepercayaan itu diberikan. “Iya, ini pertama kali dipercaya sebagai Duta Besar. Saya baru tiba di Ottawa, Kanada akhir Desember tahun lalu. Sebagai diplomat biasa tentu sudah rasakan pahit dan manisnya penugasan di luar negeri dan di dalam negeri. Suka dukanya pasti ada ya seperti juga pekerjaan lain,” sebutnya.

Baca Juga:  Pekerjaan Drainase di Kelurahan Banjer Disorot Warga

Mendapat tugas perdana sebagai duta besar, Daniel mengiyakan punya tantangan baru dibanding tanggung jawab di posisi sebelumnya. “Dalam penempatan-penempatan sebelumnya tugasnya lebih spesifik dan bertanggung jawab ke Dubes. Misalkan di Belanda, saya sebagai diplomat yunior memegang isu politik dalam hubungan bilateral serta yang terkait dengan organisasi internasional di sana yaitu Mahkamah Internasional dan Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW). Penempatan kedua di New York, perwakilan kita untuk PBB spesifik mengurusi isu terkait pasukan perdamaian dan perlucutan senjata. Penempatan di KBRI sudah menjadi lebih senior tanggung jawabnya terkait isu ekonomi bilateral Indonesia-AS dan semua tanggung jawab ke Pak Dubes. Menjadi dubes maka tanggung jawab lebih luas dan komprehensif; tidak hanya dalam hal kerjasama ekonomi atau politik; tapi dalam aspek-aspek lainnya. Semoga bisa menjalankan amanah ini dengan baik,” urai Daniel.

Diapun memotivasi anak muda Sulut yang sekiranya berkeinginan berkarir di diplomat. Menurutnya kalau ada tekad pasti bisa menjalankannya. “Untuk masuk diplomat karir di Kemlu sebagaimana pekerjaan lain, persaingannya ketat. Namun tetap memiliki peluang bagi tiap orang yang mendaftar. Sistem rekrutmen untuk menjadi diplomat Kemlu sangat transparan dan karirnya betul-betul atas dasar merit-system. Kemlu bangga dengan sistem rekrutmennya yang fair dan transparan. Siapapun bisa mencapai puncak selama dia ulet dan kerja keras. Beberapa lulusan dari Sulawesi Utara juga masuk menjadi diplomat Kemlu,” tandasnya.(*)

Most Read

Artikel Terbaru