MANADOPOST.ID--Hepatitis akut misterius hingga saat ini belum diketahui penyebabnya. Pasien saat diperiksa bakal negatif hepatitis A, B, C, D, dan E. Pasien yang datang umumnya mengalami gangguan gastrointestinal atau pencernaan, maka harus waspada misalnya seperti mual dan muntah hingga diare. Masyarakat diminta untuk segera membawa anak-anak mereka ke fasilitas kesehatan begitu sudah mengalami gejala awal tersebut. Jangan sampai tunggu gejala lanjutan seperti sakit kuning atau kesadaran menurun. “Jangan sampai tunggu anak sampai kuning seluruhnya apalagi kejang lalu kesadaran menurun hingga akhirnya harus masuk ICU,” kata Direktur RS Pusat Infeksi Sulianti Saroso (RSPI) dr. Mohammad Syahril dalam konferensi pers bersama Kementerian Kesehatan, Jumat (13/5). Untuk mendeteksi pasien hepatitis misterius, ada beberapa pemeriksaan yang harus dilakukan dokter. Salah satu tandanya adalah pemeriksaan enzim hati di atas normal. “Begitu pemeriksaan enzim hati SGOT dan SGPT di atas 500 500 IU/L maka ini menjadi bagian atau tanda-tanda dari hepatitis akut,” katanya. Kedua, dokter akan melakukan pemeriksaan sampel. Pasien akam dilakukan pemeriksaan berupa sampel darah untuk mengetahui virus hepatitis A, B, C, D, dan E. Ketiga, pasien akan dilakukan swab pada sebagian anggota tubuhnya. Misalnya swab nasofaring, lalu lewat mulut untuk mengetahui apakah ada virus lain. “Lalu swab rektal atau dubur, apakah ada virus penyebab A, B, C, D, E tadi,” kata dr. Syahril. Hepatitis misterius sejauh ini terjadi pada anak usia 1 bulan sampai dengan 16 tahun. Gejala klinis pada kasus yang teridentifikasi adalah hepatitis akut dengan peningkatan enzim hati, sindrom jaundice (penyakit kuning) akut, dan gejala gastrointestinal (nyeri abdomen, diare dan muntah-muntah). Sebagian besar kasus tidak ditemukan adanya gejala demam. Penyebab dari penyakit tersebut masih belum diketahui. Pemeriksaan laboratorium di luar negeri telah dilakukan dan virus hepatitis tipe A, B, C, D dan E tidak ditemukan sebagai penyebab dari penyakit tersebut. Adenovirus terdeteksi pada 74 kasus di luar negeri yang setelah dilakukan tes molekuler, teridentifikasi sebagai F type 41. SARS-CoV-2 ditemukan pada 20 kasus, sedangkan 19 kasus terdeteksi adanya ko-infeksi SARS-CoV-2 dan adenovirus.(Jawapos)