MANADOPOST.ID– Kesejahteraan garda terdepan dalam melayani masyarakat dalam hal kesehatan, kurang diperhatikan.
Hal itu kemudian mendorong dokter-dokter di Rumah Sakit (RS) Manembo-Nembo Bitung, melakukan aksi mogok kerja.
Sumber kredibel, salah satu dokter di RS Manembo-Nembo Bitung kepada Manado Post menjelaskan, aksi mogok tersebut mereka lakukan karena sudah bertahun-tahun, bolak-balik duduk bersama tetapi tidak ada kejelasan sampai saat ini.
“Bulan hanya sekali duduk bersama untuk membahas hak kami, seperti Tunjangan Kinerja Daerah (TKD). Tetapi semuanya hanya janji-janji,” ujar sumber, Sabtu (25/2).
Dijelaskannya, seperti
TKD dipotong 20 persen. Begitu juga dengan jasa medis belum diberikan. Mereka hanya dihibur dengan janji manis.
“Seperti TKD, selain mengalami pemotongan 20 persen, realisasinya juga sering terlambat. Bayangkan, TKD Desember 2022 belum cair hingga saat ini. Kemudian soal jasa medis kami, sejak Agustus 2022 sampai saat ini tidak ada kejelasan,” akunya kecewa.
Tak hanya itu, sumber menambahkan mereka tidak didukung dengan sarana dan prasarana memadai dalam melayani pasien.
“Bahkan obat-obatan sering tidak ada. Kalaupun ada, obat dan bahan yang tidak sesuai dengan kebutuhan dokter. Seperti kateter misalnya. Pasien biasa pasang kateter 18, kemudian dipaksa dengan ukuran 24 kasihan penis dari pasien, bisa rusak,” tambahnya.
Kondisi tersebut menurut sumber, mulai terjadi sejak RS Manembo-Nembo diambil alih Pemerintah Provinsi Sulut, beberapa tahun lalu. “Sejak diambil Pemprov makin terpuruk padahal, rumah sakit ini penyumbang kedua terbesar setelah RS Mata, tetapi tidak ada feedback. Sebaiknya tutup saja kalau Pemprov Sulut ngga becus mengelola,” imbuhnya.
Sementara itu, Direktur RS Manembo-Nembo Bitung dr Chally Tirayoh ketika dikonfirmasi enggan berkomentar lebih.
Tetapi, ia membenarkan adanya aksi mogok yang dilakukan para dokter spesialis. “Penyebabnya, ada masalah intern yang baik dari kami manajemen dan dokter spesialis masih mencari solusi terbaik,” jelasnya.(tr-01)