30.4 C
Manado
Monday, 27 March 2023

Ceramah Tarawih di Masjid, Ganjar Pranowo Malah Disambut Spanduk #Savewadas

MANADOPOST.ID–Konflik agraria di Desa Wadas, Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah masih menjadi perhatian masyarakat. Adanya konflik ini menjadikan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo menjadi bulan-bulanan masyarakat, karena dinilai tidak tegas dalam menyelesaikan konflik tersebut.

Ganjar pun terus disorot, dana dikritik hingga sekarang. Seperti yang terjadi pada Kamis (6/4) malam. Saat Ganjar ceramah tarawih di Masjid Kampus UGM, sejumlah warga membentangkan spanduk #savewadas. Terhitung ada tiga spanduk dengan kalimat berbeda. Terbentang di serambi sisi luar, di dalam masjid hingga rute kepulangan sang Gubernur Jawa Tengah.

Di tengah ceramah, tiba-tiba sejumlah pemuda membentangkan kain putih bertuliskan kalimat aspirasi. Selain #savewadas, adapula Kelestarian Alam Bagian dari Iman dan Gusti Berkahi.

Baca Juga:  TERBONGKAR! Ternyata Izin Holywings Usaha Restoran, Tapi Praktiknya Tawarkan Hiburan, Pajaknya Beda

“Jadi sebenarnya ini bagian solidaritas dari teman-teman yang ada di sini semua. Mengingat keresahan bahwa isu konflik agraria yang ada di Wadas masih terjadi sampai sekarang dan tidak ada ketegasan sendiri dari Ganjar selaku Gubernur,” jelas salah seorang pemuda pembentang spanduk, Umar, Rabu (6/4) dikutip dari radar Jogja.

1491945 Adx_ManadoPost_InPage_Mobile

Pembentangan spanduk, lanjutnya, sebagai bentuk solidaritas. Berharap agar Ganjar Pranowo serius dalam menangani konflik di Wadas, Purworejo, Jawa Tengah. Terutama terhadap warga yang menolak penambangan di kawasan tersebut.

Para warga penolak, lanjutnya, sudah berusaha keras agar aspirasi didengar. Hanya saja tindakan ini tak efektif. Terbukti dengan masih bergulirnya penambangan di daerah Wadas.

Baca Juga:  Kubah Lava Sisi Barat Daya Gunung Merapi Alami Perubahan Morfologi

“Harapannya memang itu menjadi hal yang benar-benar diperhatikan oleh pemerintah, khususnya dari pemerintah Jateng sendiri atau beberapa stakeholder terkait dalam pembangunan Bendungan Bener khususnya lebih ke pertambangan sendiri,” tegasnya.

Umar menuturkan warga merasa dirugikan atas wacana penambangan tersebut. Berupa peralihan lahan produktif menjadi kawasan pertambangan. Selain hilangnya hasil bumi juga lingkungan tak sehat akibat aktivitas pertambangan. “Ketika nanti ada, akan sangat merugikan untuk warga sendiri,” ujarnya.

Ditanya sosok peserta aksi, Umar menyebut gabungan individu yang resah. Khususnya atas terjadinya konflik agraria di daerah Wadas Jawa Tengah. Sehingga aksi adalah wujud solidaritas kebersamaan.

MANADOPOST.ID–Konflik agraria di Desa Wadas, Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah masih menjadi perhatian masyarakat. Adanya konflik ini menjadikan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo menjadi bulan-bulanan masyarakat, karena dinilai tidak tegas dalam menyelesaikan konflik tersebut.

Ganjar pun terus disorot, dana dikritik hingga sekarang. Seperti yang terjadi pada Kamis (6/4) malam. Saat Ganjar ceramah tarawih di Masjid Kampus UGM, sejumlah warga membentangkan spanduk #savewadas. Terhitung ada tiga spanduk dengan kalimat berbeda. Terbentang di serambi sisi luar, di dalam masjid hingga rute kepulangan sang Gubernur Jawa Tengah.

Di tengah ceramah, tiba-tiba sejumlah pemuda membentangkan kain putih bertuliskan kalimat aspirasi. Selain #savewadas, adapula Kelestarian Alam Bagian dari Iman dan Gusti Berkahi.

Baca Juga:  Menko Airlangga: Indonesia-Jepang Perkuat Kerjasama Bilateral untuk Inovasi & Ekonomi Berkelanjutan

“Jadi sebenarnya ini bagian solidaritas dari teman-teman yang ada di sini semua. Mengingat keresahan bahwa isu konflik agraria yang ada di Wadas masih terjadi sampai sekarang dan tidak ada ketegasan sendiri dari Ganjar selaku Gubernur,” jelas salah seorang pemuda pembentang spanduk, Umar, Rabu (6/4) dikutip dari radar Jogja.

Pembentangan spanduk, lanjutnya, sebagai bentuk solidaritas. Berharap agar Ganjar Pranowo serius dalam menangani konflik di Wadas, Purworejo, Jawa Tengah. Terutama terhadap warga yang menolak penambangan di kawasan tersebut.

Para warga penolak, lanjutnya, sudah berusaha keras agar aspirasi didengar. Hanya saja tindakan ini tak efektif. Terbukti dengan masih bergulirnya penambangan di daerah Wadas.

Baca Juga:  Jadi Sarana Pendukung Pariwisata, Menteri Parekraf Minta Hijaukan Kawasan Drainase KEK Likupang

“Harapannya memang itu menjadi hal yang benar-benar diperhatikan oleh pemerintah, khususnya dari pemerintah Jateng sendiri atau beberapa stakeholder terkait dalam pembangunan Bendungan Bener khususnya lebih ke pertambangan sendiri,” tegasnya.

Umar menuturkan warga merasa dirugikan atas wacana penambangan tersebut. Berupa peralihan lahan produktif menjadi kawasan pertambangan. Selain hilangnya hasil bumi juga lingkungan tak sehat akibat aktivitas pertambangan. “Ketika nanti ada, akan sangat merugikan untuk warga sendiri,” ujarnya.

Ditanya sosok peserta aksi, Umar menyebut gabungan individu yang resah. Khususnya atas terjadinya konflik agraria di daerah Wadas Jawa Tengah. Sehingga aksi adalah wujud solidaritas kebersamaan.

Most Read

Artikel Terbaru