MANADOPOST.ID – Kerukunan antar umat beragama diungkapkan melalui rangkaian tutur lagu berjudul “Idul Fitri” Ciptaan Ismail Marzuki. Menariknya, karena lagu ini dinyanyikan Yeremia Lalisang dari dalam Gereja Immanuel, Jalan Medan Merdeka Timur Nomor 10 Gambir, Jakarta Pusat. Video itu kemudian diunggah pada 1 Mei 2022.
Dalam video berdurasi 1 menit 23 detik, lagu Idul Fitri diiringi organis dan aransemen oleh Rilo Samalo melalui alat musik organ klasik dari Eropa. Informasi yang dirangkum dari pihak Gereja Immanuel melalui Camelia (Sekretaris Gereja), bahwa benar informasi tersebut dan alat musik dalam penggunaannya hanya untuk mengiringi lagu-lagu Gereja. Tetapi, kali ini justru dipakai untuk mengungkapkan Halal Bihalal Umat Kristen kepada saudara-saudaranya Umat Muslim. “Setelah berpuasa satu bulan lamanya. Berzakat fitrah menurut perintah agama. Kini kita ber-Idul Fitri berbahagia. Mari kita berlebaran bersuka gembira. Berjabatan tangan sambil bermaaf-maafan. Hilang dendam habis marah di Hari Lebaran. Minal aidin wal faizin, Maafkan lahir dan batin. Selamat para pemimpin, rakyatnya makmur terjamin,” bunyi lagu dinyanyikan Yeremia Lalisang.
Terkait hal ini, Brigjen TNI Rano Tilaar, salah seorang anggota TNI berdarah Kawanua yang sedang mengabdi di Ibukota Jakarta ini mengatakan sebagai Center Of Gravity, Jakarta, selain menyandang predikat sebagai Ibukota juga menyandang status sebagai Kota Metropolitan. Struktur masyarakatnya adalah masyarakat yang multikulturalisme, terdapat sesuatu yang sangat mencolok terhadap keragaman, kebhinekaan dan pluralitas. Dalam masalah kerukunan antar umat beragamanya, harus diakui bahwa di Ibukota Jakarta hal tersebut sering terjadi pasang surut. Karena dimaklumi, bahwa keberagaman seringkali sangat sensitif untuk dijadikan bahan provokatif.
Namun contoh baik dari dasar kehidupan antar umat beragama di Ibukota Jakarta ini, juga ada yang patut dicontohi, bagi kehidupan berbangsa dan bernegara di tempat lain. “Hal tersebut dapat kita lihat dari keberadaan Masjid Istiqlal yang letaknya berhadap-hadapan dengan Gereja Katedral. Dimana, ketika datang hari raya Idul Fitri Umat Katholik akan menyediakan lahan parkirnya untuk Umat Muslim melaksanakan Sholat Ied. Sebaliknya, ketika datang hari raya Natal, Umat Muslim pun tidak keberatan bila ada kendaraan Jemaat Gereja Katedral yang memarkir kendaraannya di areal mereka,” beber Tilaar.
Karenanya, melihat video yang dibuat oleh beberapa orang Jemaat dari Gereja Immanuel yang beralamat di Jalan Medan Merdeka Timur No 10 Gambir Jakarta Pusat, maka inilah salah satu hal positif yang bisa jadi contoh dari kerukunan antar umat beragama di Jakarta. Diketahui, di dalam video yang viral tersebut, pengambilan gambarnya dilakukan Camelia sebagai Sekretaris Gereja Imanuel, dimana didalamnya terlihat seorang penyanyi yang juga Jemaat Gereja tersebut atas nama Yeremia Lalisang menyanyikan lagu Selamat Hari Lebaran. “Selain itu, yang membuat saya lebih kagum lagi bahwa di dalam video tersebut seorang Organis atas nama Rilo Samalo, mengiringi lagu tersebut dengan menggunakan alat musik tunggal di Gereja tersebut yang bernama Orgel (sejenis alat musik Organ Klasik, red) yang sebagian bentuk uniknya berwujud pipa-pipa yang terbuat dari kayu berwarna coklat gelap,” urainya.
“Konon alat musik Orgel tersebut, umurnya saat ini telah mencapai usia 178 tahun dan jumlahnya yang bisa berfungsi di seluruh dunia hanya tinggal 3 buah. Bila kita mendengar suara Orgel tersebut menyanyikan kidung-kidung Natal pada tanggal 25 Desember, maka hal itu menurut saya adalah pemandangan yang biasa-biasa saja,” sambungnya. Akan tetapi, bila mendengar suara Orgel tersebut menyanyikan lagu Selamat Hari Lebaran, disaat hari raya Idul Fitri 1443 Hijriah tahun ini, hal itu baru, pemandangan yang sangat luar biasa. Apalagi, lagu tersebut digubah Jemaat Gereja Imanuel Jakarta sebagai ungkapan selamat berhari raya kepada saudara-saudaranya Umat Muslim di Ibukota Jakarta, pada khususnya dan di seluruh Indonesia, pada umumnya. “Betapa bangganya menjadi bangsa yang memiliki semboyan Bhineka Tunggal Ika. Yaitu, walaupun memiliki banyak perbedaan akan tetapi kita tetap satu yaitu Bangsa Indonesia,” kuncinya. (*)