25.4 C
Manado
Saturday, 1 April 2023

Lagi, Pemerintahan Jokowi Disindir, Tabiat Penguasa Berkuasa Tunjukkan Arogansinya,

MANADOPOST.ID – Pentolan aktivis Malari, Hariman Siregar, menyebut pasca orde baru tumbang pada 1998, kondisi demokrasi Indonesia semakin berganti hari semakin mengkhawatirkan saja. Termasuk di era pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) saat ini.

“Tabiat penguasa untuk berkuasa dan menunjukkan arogansinya mulai ditampakkan dengan nyata,” kata pentolan aktivis Malari, Hariman Siregar saat memberikan sambutan pada acara Peringatan 48 Tahun Peristiwa Malapetaka Lima Belas Februari (Malari), Sabtu (15/1).

“Makin hari makin ke sini kita sudah berapa kali acara sampai puncaknya itu waktu zaman SBY kita cabut mandatnya,” kata Hariman.

“Saking jengkelnya begini kok akhirnya demokrasi itu paling sampai dua periode setelah itu mulai kembali penyakit lama kita, yang berkuasa itu mulai ia berkuasa gitu mulailah tekan-tekan (rakyat),” ujarnya lagi.

Baca Juga:  SMRC: Di Tengah Wabah Covid-19, Mayoritas Warga Tetap Percaya pada Demokrasi
1491945 Adx_ManadoPost_InPage_Mobile

Atas dasar itu, Hariman menyesalkan cara-cara penguasa dalam menekan rakyatnya sendiri.

Bahkan, kata dia, sebenarnya Indonesia dewasa ini sudah dibajak oleh kekuatan modal yang makin hari makin kuat.

“Sehingga tadinya pemilik modal yang masih di belakang-belakang nyogok, sekarang udah duduk di pemerintah. Ini yang paling nggak saya sangka ini yang menurut saya sangat signifikan,” sesalnya.

“Jadi mereka-mereka yang duduk di pemerintahan itu bukan lagi sebenarnya mikir bagaimana sejahterakan rakyat, membuat rakyatnya itu jadi bebas dari ketakutan, bebas dari kelaparan kemiskinan,” jelasnya.

“Apalah semua ini atas nama rakyat, mereka itu justru tikung menikung untuk keuntungan mereka gitu. Jadi begini ini waktu zaman Pak Harto itu,” pungkasnya.

Baca Juga:  Mengaku Jengkel, Megawati Tepis Isu Retak dengan Jokowi, Ini Katanya  

Turut hadir dalam acara tersebut sejumlah tokoh nasional antara lain Menko Ekuin era Presiden Gus Dur, Rizal Ramli, aktivis senior Bursah Zanubi, sejumlah purnawirawan TNI dan aktivis senior seperti Syahganda Nainggolan, Jumhur Hidayat, mahasiswa serta peserta yang lainnya. (ral/rmol/pojoksatu)

MANADOPOST.ID – Pentolan aktivis Malari, Hariman Siregar, menyebut pasca orde baru tumbang pada 1998, kondisi demokrasi Indonesia semakin berganti hari semakin mengkhawatirkan saja. Termasuk di era pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) saat ini.

“Tabiat penguasa untuk berkuasa dan menunjukkan arogansinya mulai ditampakkan dengan nyata,” kata pentolan aktivis Malari, Hariman Siregar saat memberikan sambutan pada acara Peringatan 48 Tahun Peristiwa Malapetaka Lima Belas Februari (Malari), Sabtu (15/1).

“Makin hari makin ke sini kita sudah berapa kali acara sampai puncaknya itu waktu zaman SBY kita cabut mandatnya,” kata Hariman.

“Saking jengkelnya begini kok akhirnya demokrasi itu paling sampai dua periode setelah itu mulai kembali penyakit lama kita, yang berkuasa itu mulai ia berkuasa gitu mulailah tekan-tekan (rakyat),” ujarnya lagi.

Baca Juga:  Tegas! Jokowi: Stop Ekspor Nikel Tahun Depan

Atas dasar itu, Hariman menyesalkan cara-cara penguasa dalam menekan rakyatnya sendiri.

Bahkan, kata dia, sebenarnya Indonesia dewasa ini sudah dibajak oleh kekuatan modal yang makin hari makin kuat.

“Sehingga tadinya pemilik modal yang masih di belakang-belakang nyogok, sekarang udah duduk di pemerintah. Ini yang paling nggak saya sangka ini yang menurut saya sangat signifikan,” sesalnya.

“Jadi mereka-mereka yang duduk di pemerintahan itu bukan lagi sebenarnya mikir bagaimana sejahterakan rakyat, membuat rakyatnya itu jadi bebas dari ketakutan, bebas dari kelaparan kemiskinan,” jelasnya.

“Apalah semua ini atas nama rakyat, mereka itu justru tikung menikung untuk keuntungan mereka gitu. Jadi begini ini waktu zaman Pak Harto itu,” pungkasnya.

Baca Juga:  Pakai Vaksin Jatah Nakes, Forkopimda Toraja Utara Dikecam

Turut hadir dalam acara tersebut sejumlah tokoh nasional antara lain Menko Ekuin era Presiden Gus Dur, Rizal Ramli, aktivis senior Bursah Zanubi, sejumlah purnawirawan TNI dan aktivis senior seperti Syahganda Nainggolan, Jumhur Hidayat, mahasiswa serta peserta yang lainnya. (ral/rmol/pojoksatu)

Most Read

Artikel Terbaru