24.4 C
Manado
Monday, 27 March 2023

Terungkap! Akibat Beban Kerja Berat dan Insentif Belum Cair, Banyak Nakes Resign

MANADOPOST.ID- Banyak tenaga kesehatan (nakes) yang resign dari rumah sakit (RS) dan memilih profesi lain di masa pandemi Covid-19. Hal tersebut disampaikan Ketua Dokter Indonesia Bersatu, dokter Eva Sri Diana Chaniago.

Dokter Eva mengatakan, mereka memilih berhenti karena beban kerja yang berat. Kemudian ditambah insentif dari pemerintah yang cairnya sangat lama. “Jadi semua karyawan tetap yang bukan PNS (Pegawai Negeri Sipil) sudah banyak yang resign. Karena beban kerja yang berat dan insentif,” ujar dokter Eva kepada JawaPos.com, Sabtu (17/7).

“Banyak yang berhenti dan saya tanya karena beban kerja yang banyak, pasien banyak, dan gaji enggak imbang belum lagi insentif enggak turun-turun. Daripada bertempur perang mending cari makan yang lain buat anak istri,” tambahnya.

Menurut dokter spesialis paru ini, bukan hanya para tenaga medis yang mengundurkan diri. Menurutnya ada juga relawan yang memilih untuk berhenti. Karena jumlah tenaga kesehatan dan relawan tidak sebanding dengan banyaknya jumlah pasien Covid-19.

Baca Juga:  Hasil Survei, Airlangga Jadi Tokoh Sipil Paling Banyak Dipilih Jadi Presiden
1491945 Adx_ManadoPost_InPage_Mobile

“Jadi ada relawan lama enggak dibayar. Beban kerja yang berat, pasien makin banyak, nakes makin dikit,” katanya.

Dokter Eva menambahkan para perawat juga banyak yang mengundurkan diri lantaran diminta suaminya. Karena pekerjaan mereka sangat berisiko menularkan Covid-19 di tengah penularan yang semakin mengganas.

“Banyak perawat yang disuruh berhenti sama suaminya, karena pulang telat, sampai di rumah bawa penyakit Covid-19. Karena saat ini jarang hanya nakes yang kena. Pasti suaminya kena,” tegasnya.

Bahkan menurut dokter Eva, banyak juga dokter-dokter baru yang juga mengudurkan diri memilih kembali sekolah lagi. Hal ini lantaran jumlah tenaga kesehatan tidak sebanding dengan banyaknya pasien Covid-19.

“Kalau dokter-dokter juga begitu mendingan mereka sekolah daripada mereka kerja mati-matian dan gajinya kecil dan jam kerjanya banyak. Masalahnya kalau gajinya dibanyakin kalau tenaganya terlalu capek juga enggak bisa,” ungkapnya.

Baca Juga:  Pemuda Pancasila Minta Polisi Bebaskan Anggotanya yang Ditahan, Pengurus Siapkan 37 Pengacara

Saat ini banyak tenaga medis yang masih bertahan hanya karena tidak punya pilihan lain. Karena di situasi saat ini sulit mencari pekerjaan lain.

“Ada yang baru sebulan sudah keluar, jadi mereka yang bertahan itu karena enggak punya pilihan. Enggak punya pilihan mau cari lagi kerja di mana,” katanya.

Oleh sebab itu, dokter Eva meminta Kementerian Kesehatan (Kemenkes) untuk bisa mencairkan insentif dan membayar klaim tagihan RS. Sebab RS akan tidak bisa membayar gaji pegawainya jika belum ada pembayaran dari pemerintah.

“Jadi kalau Kemenkes lama-lama bayar utang, masalah klaim BPJS, dan RS itu enggak ada duit, kalau enggak ada duit enggak bisa gaji karyawan,” pungkasnya.(jpc)

MANADOPOST.ID- Banyak tenaga kesehatan (nakes) yang resign dari rumah sakit (RS) dan memilih profesi lain di masa pandemi Covid-19. Hal tersebut disampaikan Ketua Dokter Indonesia Bersatu, dokter Eva Sri Diana Chaniago.

Dokter Eva mengatakan, mereka memilih berhenti karena beban kerja yang berat. Kemudian ditambah insentif dari pemerintah yang cairnya sangat lama. “Jadi semua karyawan tetap yang bukan PNS (Pegawai Negeri Sipil) sudah banyak yang resign. Karena beban kerja yang berat dan insentif,” ujar dokter Eva kepada JawaPos.com, Sabtu (17/7).

“Banyak yang berhenti dan saya tanya karena beban kerja yang banyak, pasien banyak, dan gaji enggak imbang belum lagi insentif enggak turun-turun. Daripada bertempur perang mending cari makan yang lain buat anak istri,” tambahnya.

Menurut dokter spesialis paru ini, bukan hanya para tenaga medis yang mengundurkan diri. Menurutnya ada juga relawan yang memilih untuk berhenti. Karena jumlah tenaga kesehatan dan relawan tidak sebanding dengan banyaknya jumlah pasien Covid-19.

Baca Juga:  Pasien Kasus Probable di Minsel Dimakamkan

“Jadi ada relawan lama enggak dibayar. Beban kerja yang berat, pasien makin banyak, nakes makin dikit,” katanya.

Dokter Eva menambahkan para perawat juga banyak yang mengundurkan diri lantaran diminta suaminya. Karena pekerjaan mereka sangat berisiko menularkan Covid-19 di tengah penularan yang semakin mengganas.

“Banyak perawat yang disuruh berhenti sama suaminya, karena pulang telat, sampai di rumah bawa penyakit Covid-19. Karena saat ini jarang hanya nakes yang kena. Pasti suaminya kena,” tegasnya.

Bahkan menurut dokter Eva, banyak juga dokter-dokter baru yang juga mengudurkan diri memilih kembali sekolah lagi. Hal ini lantaran jumlah tenaga kesehatan tidak sebanding dengan banyaknya pasien Covid-19.

“Kalau dokter-dokter juga begitu mendingan mereka sekolah daripada mereka kerja mati-matian dan gajinya kecil dan jam kerjanya banyak. Masalahnya kalau gajinya dibanyakin kalau tenaganya terlalu capek juga enggak bisa,” ungkapnya.

Baca Juga:  Kotamobagu  Salat Ied di Masjid, Ini Alasannya

Saat ini banyak tenaga medis yang masih bertahan hanya karena tidak punya pilihan lain. Karena di situasi saat ini sulit mencari pekerjaan lain.

“Ada yang baru sebulan sudah keluar, jadi mereka yang bertahan itu karena enggak punya pilihan. Enggak punya pilihan mau cari lagi kerja di mana,” katanya.

Oleh sebab itu, dokter Eva meminta Kementerian Kesehatan (Kemenkes) untuk bisa mencairkan insentif dan membayar klaim tagihan RS. Sebab RS akan tidak bisa membayar gaji pegawainya jika belum ada pembayaran dari pemerintah.

“Jadi kalau Kemenkes lama-lama bayar utang, masalah klaim BPJS, dan RS itu enggak ada duit, kalau enggak ada duit enggak bisa gaji karyawan,” pungkasnya.(jpc)

Most Read

Artikel Terbaru