MANADOPOST.ID — Sangihe Writers and Readers Festival (SWRF) di Kantor Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah yang digelar mulai 21 Oktober hingga 23 Oktober 2021, memiliki empat kegiatan.
Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Kabupaten Sangihe Johanis Pilat selaku pemerkasa SWRF mengungkapkan, SWRF dengan tema Mengingat Masa Lampau, Menuliskan Masa Depan ini adalah sebuah inspirasi untuk kembali menggelorakan semangat kepenulisan di kalangan generasi muda Sangihe seperti generasi JE Tatengkeng dan terlalu banyak generasi Sangihe yang lain di masa lampau.
“Saya bermimpi generasi muda di Kabupaten kepulauan Sangihe punya peran melalui tulisan serta rajin membaca. Makanya gerakan literasi yang saya gaungkan adalah bagaimana mendorong generasi muda Sangihe punya minat baca dan menulis. Sehingga pemerintah, orang tua, guru dan pemangku kepentingan diharapkan untuk dapat mendorong ini,” ungkap Pilat.
Dia menjelaskan empat kegiatan dalam SWRF di antaranya:
1491945 Adx_ManadoPost_InPage_Mobile
1. Gerakan 1000 perpustakaan untuk Kabupaten Sangihe. Bukan berarti membangun sebuah perpustakaan tetapi merupakan semangat, ukuran kualitas spirit moral untuk rajin membaca. Karena dengan membaca kita akan mendapatkan informasi berbagai pengetahuan dan kita akan memperoleh kecakapan untuk menghadapi berbagai masalah.
2. Bincang Literasi Nusantara, yakni memposisikan literasi Kabupaten Sangihe secara bersama di tingkat nasional. Dan Sangihe punya catatan dan bincang Literasi Nusantara ini sebanyak 10 episode yang kami bahas secara virtual dan semua peserta terkesima tentang literasi Kabupaten Sangihe.
3. Bengkel Sastra, mempersiapkan anak anak muda yang memiliki talenta dan bakat tentang kepenulisan baik puisi ataupun cerita rakyat. Dan di Sangihe sangat banyak cerita rakyat namun sebagian besar hanya sampai pada budaya berbicara belum ada tulisannya. Sehingga di bengkel sastra ini pesertanya diajar untuk menulis.
4. Dialog Kebudayaan yang dilakukan secara virtual, mempercakapkan tentang kebudayaan pemikiran, mendorong kita harus cukup berpikir tentang membangun daerah ini dengan lebih progresif. (sriwani)
MANADOPOST.ID — Sangihe Writers and Readers Festival (SWRF) di Kantor Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah yang digelar mulai 21 Oktober hingga 23 Oktober 2021, memiliki empat kegiatan.
Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Kabupaten Sangihe Johanis Pilat selaku pemerkasa SWRF mengungkapkan, SWRF dengan tema Mengingat Masa Lampau, Menuliskan Masa Depan ini adalah sebuah inspirasi untuk kembali menggelorakan semangat kepenulisan di kalangan generasi muda Sangihe seperti generasi JE Tatengkeng dan terlalu banyak generasi Sangihe yang lain di masa lampau.
“Saya bermimpi generasi muda di Kabupaten kepulauan Sangihe punya peran melalui tulisan serta rajin membaca. Makanya gerakan literasi yang saya gaungkan adalah bagaimana mendorong generasi muda Sangihe punya minat baca dan menulis. Sehingga pemerintah, orang tua, guru dan pemangku kepentingan diharapkan untuk dapat mendorong ini,” ungkap Pilat.
Dia menjelaskan empat kegiatan dalam SWRF di antaranya:
1. Gerakan 1000 perpustakaan untuk Kabupaten Sangihe. Bukan berarti membangun sebuah perpustakaan tetapi merupakan semangat, ukuran kualitas spirit moral untuk rajin membaca. Karena dengan membaca kita akan mendapatkan informasi berbagai pengetahuan dan kita akan memperoleh kecakapan untuk menghadapi berbagai masalah.
2. Bincang Literasi Nusantara, yakni memposisikan literasi Kabupaten Sangihe secara bersama di tingkat nasional. Dan Sangihe punya catatan dan bincang Literasi Nusantara ini sebanyak 10 episode yang kami bahas secara virtual dan semua peserta terkesima tentang literasi Kabupaten Sangihe.
3. Bengkel Sastra, mempersiapkan anak anak muda yang memiliki talenta dan bakat tentang kepenulisan baik puisi ataupun cerita rakyat. Dan di Sangihe sangat banyak cerita rakyat namun sebagian besar hanya sampai pada budaya berbicara belum ada tulisannya. Sehingga di bengkel sastra ini pesertanya diajar untuk menulis.
4. Dialog Kebudayaan yang dilakukan secara virtual, mempercakapkan tentang kebudayaan pemikiran, mendorong kita harus cukup berpikir tentang membangun daerah ini dengan lebih progresif. (sriwani)