MANADOPOST.ID–Memenangi Piala Thomas, bagi Fajar Alfian, adalah impian masa kecil. Dan, impian itu akhirnya terwujud dengan dia turut berperan aktif di dalamnya.
Berduet dengan M. Rian Ardianto, dia menyumbang poin kemenangan dari ganda putra di final melawan Tiongkok pada Minggu (17/10).
Sepanjang turnamen dua tahunan tersebut, performanya bersama Rian juga menuai banyak pujian, termasuk ketika hampir mengalahkan duet juara Olimpiade Lee Yang/Wang Chi-Lin.
Sayangnya, saat prestasi puncak teraih, satu elemen penting dalam perayaan kemenangan justru hilang: bendera Merah Putih. Sang Saka digantikan bendera PBSI gara-gara sanksi dari Badan Antidoping Dunia (WADA) yang tak dengan segera diurusi otoritas terkait.
Fajar mengakui, ada yang kurang saat dirinya berada di podium. ”Tapi, semua orang tahu bahwa PBSI juga singkatan dari Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia. Kami tetap membawa nama Indonesia,” ujarnya.
Marcus Fernaldi Gideon merasakan hal yang sama. Masih basah dalam ingatannya, ketika masih belia, dia melihat para senionya mengangkat trofi di bawah bendera Merah Putih.
Itulah yang memotivasinya untuk bisa melakukan hal yang sama. Namun, saat prestasi itu terwujud, Merah Putih malah tidak bisa dikibarkan. Padahal, Indonesia harus menunggu momen tersebut hampir dua dekade.
”Cukup sedih sih nggak ada bendera Merah Putih. Mudah-mudahan masalah WADA cepat beres,” kata ganda nomor satu dunia tersebut.
Mereka berharap kasus itu segera selesai. Apalagi, banyak turnamen yang mereka ikuti ke depan. Misalnya, Asian Leg dan World Tour Finals 2021 yang diadakan di Bali pada 16 November–5 Desember mendatang. Sangat disayangkan jika sampai ada pemain Indonesia yang menjadi juara di negara sendiri, tetapi tidak ada bendera Indonesia yang dikibarkan.
”Yang jelas, semoga masalah ini cepat selesai karena kami berjuang buat Merah Putih. Apalagi, di depan, ada event besar seperti Kejuaraan Dunia dan Asian Games. Juga Piala Thomas lagi tahun depan,” jelasnya.(Jawapos)