Oleh : Desmianti Babo, S.Pi., M.Si
KUNCI sukses dalam menjalankan Visi dan Misi dalam Organisasi adalah Kepemimpinan. Entah itu Pemerintahan Daerah ataupun Pejabat Lembaga/ Kementerian/ Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dalam menjalankan program-programnya itu pasti terletak pada Leadership-nya.
Dengan pengalaman bertemu dengan banyak pimpinan, dengan gaya masing-masing berbeda sesuai degan karakter individunya. Yang pasti, setiap pemimpin pasti berkarakter kuat dan seorang organisator yang berpengalaman dimana telah melewati berbagai jenjang karir, hingga kini memikul tanggung jawab sebagai kepala atau pemimpin dalam lingkup bidangnya.
Katakanlah Gubernur Olly Dondokambey yang telah melewati jenjang karir dari bawah hingga sekarang bisa menjadi Kepala Daerah. Begitu juga dengan Kepala Balai dan kepala Dinas baik di lingkup Kementerian ataupun di instansi Kabupaten/ Kota pasti menapaki karir dari bawah dan pasti berpengalaman di bidangnya. Dengan begitu banyak Pimpinan, di setiap masa dan waktu yang berbeda. Tetapi tahukah anda tidak semua berhasil, bahkan ada yang malah mendapat “Demosi Jabatan”.
Pemimpin yang berhasil adalah pemimpin yang selalu menjadi motor penggerak, penuh inovasi, terbuka dan selalu belajar mengikuti perubahan jaman.
Sekarang sudah tidak jamannya lagi seorang Pemimpin yang kaku, otoriter dan tertutup. Karena ketika ingin merubah sesuatu tatanan sosial menjadi lebih baik maka perubahan sosial tidak bisa dilakukan sendirian. Mengubah keadaan harus dilakukan bersama-sama dengan banyak pihak.
Hanya kolaborasi yang memungkinkan seorang pemimpin sukses menjalankan tanggung jawabnya dan menjadikan organisasi bahkan masyarakatnya dapat terus maju dan berkembang.
Pentahelix adalah kerjasama melibatkan berbagai pihak. Penta adalah Lima jadi Penta-Helix adalah kolaborasi antar bidang dimana ada unsur Pemerintah, Akademisi, Badan/ Pelaku Usaha, Masyarakat/ Komunitas dan Media bersatu padu untuk mencapai tujuan tertentu.
Pendekatan Model Pentahelix inilah yang dilakukan Oleh Presiden Jokowi ketika masih menjabat Walikota Solo bahkan Sebagai Gubernur Jakarta hingga menghantarnya hingga menjadi Presiden 2 periode. Dimana Jokowi sewaktu menjadi Kepala Daerah selalu melibatkan Akademisi sebelum mengambil kebijakan, mengumpulkan para Pelaku Usaha, Melibatkan Komunitas dan Masyarakat serta menggunakan Media sebagai corong atau sarana menyampaikan program pemerintah sekaligus memberi pengertian dan edukasi pada masyarakat.
Teringat saat Jokowi masih menjabat Walikota Solo saat memindahkan Pasar Tradisional yang sebelumnya kelihatan sangat sulit untuk dipindahkan, namun dengan metode pendekatan Pentahelix ini akhirnya masyarakat dan pelaku usaha rela pindah sendiri ke pasar yang baru tanpa paksaan. Begitu juga ketika Jokowi menjadi Gubernur DKI Jakarta, saat normalisasi sungai di Jakarta yang menjadi penyebab banjir, sebelum merelokasi warganya pola pendekatan Pentahelix ini yang digunakan, bahkan pelaku usaha diberikan ruang untuk ikut serta terlibat langsung membangun lewat CSR mencontoh Kawasan Kalijodoh Ruang Terbuka Hijau dan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) yang dibangun oleh PT. Sinar Mas Land.
Sekali lagi, kunci dari Pentahelix adalah keterlibatan dari kelima aspek yang ada yaitu Pemerintah, Akademisi, Badan/ Pelaku Usaha, Masyarakat/ Komunitas dan Media untuk berkolaborasi. Sehingga dapat disimpulkan di sini bahwa sinergitas antar unsur tersebut dapat menjadi kunci dari keberlangsungan dan keberlanjutan pengembangan masyarakat serta perubahan sosial positif yang diinginkan oleh berbagai pihak. Sehingga Program-program perintah boleh berjalan dan diimplementasikan dengan baik tanpa hambatan yang berarti.
Ketua Dewan Pembina Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (Apeksi) yang juga adalah Walikota Bogor Bima Arya Sugiarto juga mengimplementasikan konsep Pentahelix.
“Rumus yang relevan adalah berbagi, saling menginspirasi, kolaborasi dan sinergi. Skema Pentahelix sangat dimungkinkan. Saya melihat di era pandemi, kepala daerah yang piawai kolaborasi dengan pentahelix bisa beradaptasi dan berprestasi. Impitan ekonomi, tekanan sosial dan juga politik selalu ada tetapi dengan semangat kolaborasi segala sesuatu lebih mudah,” kata Bima Arya saat memberikan sambutan dalam webinar HUT ke-21 APEKSI beberapa waktu lalu.
Sementara itu, Staf Khusus Menteri Keuangan Masyita Crystallin menambahkan, sinergi antara pemerintah pusat dan daerah menjadi faktor penting untuk pemulihan ekonomi dan kerja sama dengan skema Pentahelix bisa dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan dan pemulihan ekonomi di masa pandemi ini.
Ketua Forum Rektor Indonesia Arif Satria pun menyebutkan bahwa, konsep Pentahelix berhasil diterapkan di salah satu kota di Jepang yaitu Kitakyushu. Kata dia, pada era 80-an, sungai-sungai di kota tersebut hitam dan langit abu-abu karena pencemaran. Namun, berkat kolaborasi Pentahelix, sungai-sungai di Kitakyushu berhasil menjadi jernih dan langit menjadi cerah.
“Jadi ketika itu, kebetulan saya pernah lama di Jepang, pemimpin kota Kitakyusuhu menggandeng Perguruan Tinggi, asosiasi pengusaha dan pebisnis serta masyarakat dan media untuk mewujudkan green city. Pada 1986, Kitakyushu berhasil mengatasi masalah laut kotor dan pencemaran udara dan ini dilakukan berkat kolaborasi Pentahelix,” jelasnya.
Ketua Umum Himpunan Ahli Teknik Hidraulik Indonesia (HATHI) Cabang Sulut Ir Bastari M.Eng yang pernah menjabat sebagai Kepala Balai Wilayah Sungai Sulawesi I (BWSS I) Kementerian PUPR pun sangat memahami konsep Pentahelix akan keterbukaan dan sinergi. Ia menyebutkan bahwa multipihak bersinergi dimana unsur Pemerintah, Akademisi, Badan atau Pelaku Usaha, Masyarakat atau Komunitas, dan Media bersatu padu. “Informasi yang sebenarnya dan positif perlu disampaikan, yang akan membangun tingkat kepercayaan di masyarakat,” kata Bastari.
Sehingga dari konsep ini pula, yang membuat Bastari bisa segera menyelesaikan kendala-kendala yang ada di Bendungan Kuwil Kawangkoan di Minahasa Utara dan Bendungan Lolak di Bolaang Mongondow. Di masa sebelumnya, saat ia belum ditugaskan di BWSS I, dua bendungan itu menghadapi banyak tantangan, baik sosial dan teknis.
Hal ini juga yang dilakukannya saat banjir besar awal tahun 2021 terjadi. Bastari bekerjasama dengan media untuk menjabarkan solusi jangka pendek, menengah dan jangka panjang. Media pun mendukung penuh sosialisasi program ini dan mendesak perintah daerah terlibat aktif, alhasil kini proyek untuk menuntaskan banjir lewat Pembangunan Bangunan Pengendali Banjir Sungai Tondano, Sario dan Tikala kini mulai berjalan dengan dibentuk Panitia Persiapan hingga Panitia Penetapan Lokasi dan rencananya tuntas dibangun pada tahun 2024.
Dalam masa yang relatif cepat hanya 1 tahun menjabat kepala BWSS I, Bastari pun dipromosi memimpin Balai Besar Wilayah Citarum. Tanggung jawab yang lebih besar dan tantangan yang juga lebih kompleks yang ada di Jawa Barat. Namun berkat konsep Pentahelix yang ia terapkan, ia menyebutkan bahwa tugasnya sangat dimudahkan dengan adanya kolaborasi antar lima unsur tersebut.
Dari berbagai pendapat dan pengalaman diatas jelaslah bahwa, ketika Pemimpin Daerah atau Pemimpin Lembaga Kementerian/ Organisasi Pemerintah Daerah benar-benar menjalankan konsep ini maka semua masalah yang ada di daerah bisa diatasi dan bahkan program kegiatan pemerintah dapat dijalankan dengan sebaik baiknya karena semua pihak ikut dilibatkan.
Nah bagaimana dengan peran media. Ada istilah beken bahwa bad news is a good news. Paradigma ini harus di rubah bagi seluruh Insan Media. Bahwa kini media harus berperan aktif dan terlibat dalam mensosialisasikan program-program pemerintah, juga bersama mencari solusi dan jalan keluar ketika ada kendala terjadi pada program perintah tersebut. Tetapi dengan begitu independensi media juga harus tetap terjaga dalam menjalankan fungsi kontrol pemerintah dalam menjalankan roda pembangunan, media juga tetap harus mengedukasi hal-hal positif di masyarakat.
Kepala Daerah/ Pimpinan Instansi yang bijak bahkan menggunakan media untuk melihat isu dan masalah yang berkembang di masyarakat untuk dicarikan solusinya.
Pada Tahun 2022 mendatang, Sulut akan memiliki banyak proyek besar, Triliunan uang negara akan mengalir, yang akan menjadikan daerah Nyiur Melambai ini makin maju serta sejahtera. Apabila konsep Pentahelix ini diterapkan dengan baik oleh pemimpin daerah Gubernur, Bupati dan Walikota, Pimpinan Lembaga/ Kementerian dan Pimpinan Organisasi Perangkat Daerah maka permasalahan daerah dapat dengan mudah segera terselesaikan. Program pemerintah pun dapat berjalan dengan baik sehingga masyarakat Sulut menjadi lebih sejahtera dan Sulut pun pasti makin Hebat. (*)