MANADOPOST.ID- Komisi 3 DPRD Sulut angkat bicara menyikapi situasi keadaan yang terjadi akhir-akhir ini. Dimana sering terjadi laka lantas yang menyebabkan kematian.
Komisi 3 dalam rapat dengar pendapat bersama Balai Pengelola Transportasi Darat Wilayah Sulut dan Dinas Perhubungan Sulut, Selasa (14/3) mempertanyakan terkait kelayakan kendaraan besar atau truk dan sejenisnya untuk beroperasi di jalan umum.
“Kemarin terjadi di Minsel kecelakaan mobil tanki yang mengakibatkan korban meninggal. Secara kasat mata karena kelalaian sopir. Untuk kelayakan jalan dari kendaraan-kendaraan baik kecil maupun besar, dimanakah harus mengecek itu? Masih layak atau tidak,” kata Anggora Komisi 3, Boy Tumiwa.
Dia mencontohkan, misalnya ketika dikatakan rem blong. Padahal harusnya tiap bulan dilakukan perawatan. Pun politisi PDI Perjuangan ini pertanyakan sudah berapa tempat yang ada untuk dilakukan cek kendaraan layak jalan seperti mobil penumpang, truk dan sebagainya.
“Belakangan ini jalur Trans Sulawesi, secara khusus dari Maruwasey-Tanawangko, tingkat laka lantas tinggi. Penyebab utama kelalaian manusia. Dalam arti, kendaraan sudah tak layak jalan, tapi masih digunakan. Bagaimana kemudian kita harus membetulkan ini supaya dikemudian hari tak terjadi hal-hal yang diinginkan,” terangnya.
Dia juga mencontohkan peristiwa di Kalimantan. Dimana ada truk menabrak sejumlah kendaraan kecil.
“Yang mengatur terkait kelayakan jalan kan dari Dishub. Kalau tak ada perbaikan sistem, bahaya. Hampir tiap minggu ada kendaraan rusak saya lihat. Saya sudah minta untuk koordinasi agar dilakukan patroli. Dimana harus kita perbaiki ini. Mohon ini jadi perhatian,” tukasnya.
Senada disampaikan personel Komisi 3, Amir Liputo. Dia pun menyarankan kedua instansi itu untuk mengecek langsung d lapangan ada banyak truk yang apakah itu masih layak beroperasi dan memenuhi syarat atau tidak.
“Yang aneh, di Inobonto kita punya jembatan timbang. Tapi kenapa ini (truk muatan berat) masih bisa lewat. Kalau seperti ini dampaknya ada 2. Pertama jalan cepat rusak dan terjadi kecelakaan.
Bayangkan kendaraan besar/truk, kemudian dengan muatan yang lebih. Ini bahaya,” sindirnya.
“Tidak ada tindakan nyata di lapangan oleh Balai Jalan dan Dishub. Saya saksikan dengan mata kepala sendiri di Jembatan Timbang Inobonto itu, kendaraan besar berhenti hanya di luar. Bukan di dalam (jembatan timbang),” bebernya.
Dirinya berharap agar kedua instansi terkait untuk memperhatikan terkait hal itu. (ando)