MANADOPOST.ID – Harga komoditi kopra saat ini naik signifikan menduduki harga 14 ribu perkilogram. Dengan harga yang tinggi tersebut, membuat petani pekebun bergairah untuk melakukan aktivitas pertanian. Bahkan buah kelapa saat ini seperti emas coklat dimana petani pekebun.
Namun apakah dengan tingginya harga kopra, membuat pemerintah menambah jumlah pohon kelapa di Sulut? Ayo simak beritanya.
Disampaikan Gubernur Sulut Olly Dondokambey melalui Kepala Dinas Perkebunan Daerah Sulut Refly Ngantung bahwa, dengan permintaan yang tinggi saat ini terhadap komoditi kelapa dan turunannya, otomatis membuat pemerintah harus melakukan peremajaan tanaman kelapa. Ngantung juga mengatakan bahwa, langkah yang paling bijaksana adalah pengutuhan kembali tanaman yang sudah rusak, tua dan yang sudah mati.
“Itu agar supaya, pemenuhan kebutuhan kedepan tetap terjaga. Itu yang dinamakan berkesinambungan untuk menjamin pasar. Cuma yang saat ini kita waspadai, karena subtitusi minyak nabati sudah banyak produk tanaman. Ancamannya jika terjadi panen raya dibeberapa negara luar, maka hukum pasar berlaku. Dimana jika produksi meningkat, dan permintaan tetap, maka harga otomatis turun. Beda dengan saat ini, produksi kurang dan permintaan tinggi, maka harga naik,” ungkapnya, Jumat (2/7) pagi.
Ngantung juga mengatakan bahwa, akan ada pengembangan kelapa di Sulut. “Pengembangan pohon kelapa itu akan dilakukan sebanyak 2.000 hektare. Kita juga akan tetap mempertahankan varian kelapa dalam. Namun kedepan kita juga akan menciptakan kelapa-kelapa yang cepat berbuah dan tidak terlalu tinggi. Itu membutuhkan teknologi benih yang modern. Nah itu akan diusulkan kedepannya. Jadi benih-benih ini yang nantinya akan distimulan kepada petani pekebun agar produksi kelapa bisa tetap terjaga,” tuturnya.
Ngantung juga mengatakan bahwa, sektor perkebunan bergairah dimasa pandemik Covid-19. Hal itu ungkapnya, terbukti dengan partisipasi sektor pertanian di dua tahun terakhir yang mencapai 22 persen terhadap PDRB Sulut. “Gerakan tiga kali ekspor komoditi pertanian, sangat memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi. Bahkan di dua tahun terakhir, hampir tiga triliun yang berhasil disumbangkan sektor pertanian dan perkebunan. Ini membuktikan bahwa komoditi perkebunan menjanjikan,” terangnya.
Tren ekspor menurut Ngantung akan terus dipertahankan bahkan ditingkatkan, sehingga harga kopra, pala, cengkih dan vanili akan terus mendapatkan harga jaul yang tinggi. “Selain itu, kualitas juga yang utama untuk diperhatikan. Agar supaya jangan terbuai dengan tuntutan yang besar, dan kualitas terabaikan. Untuk menjaga agar kegiatan ekspor ini tetap berkesinambungan ada tiga hal. Yang pertama menjaga kualitas, kuantitas dan kontinuitas. Jika semua itu telah terpenuhi, maka saya yakin kegiatan tiga kali ekspor komoditi perkebunan akan terus berlanjut,” sebutnya.
Ngantung juga mengatakan bahwa, selain pohon kelapa yang akan ditambah, pihaknya juga bakal membangun kawasan-kawasan komoditi. “Itu dimaksudkan agar produksi tetap terjamin dengan korporasi petani. Jadi lahannya dibangun dalam satu kawasan, dan petaninya dibuatkan korporasi. Kalau untuk sekarang, produksi kepala di Sulut masih dipegang Minahasa Utara, kemudian ada Minahasa Tenggara, Minahasa Selatan dan posisi keempat ada Kabupaten Bolaang Mongondow Utara. Ya kita terus berharap agar harga kopra ini terus naik,” kuncinya. (Balladewa Setlight)