MANADOPOST.ID— Banjir merupakan masalah utama di Kota Manado. Semenjak Peristiwa Banjir Bandang 2014 dengan total kerugian mencapai Rp1,871 triliun, Pemerintah Pusat melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan (PUPR) turut andil dalam melaksanakan pembangunan infrastruktur untuk mereduksi dampak banjir di Kota Manado.
Diketahui, tujuan utama pembangunan Bendungan Kuwil Kawangkoan adalah untuk mereduksi banjir di Q50.
Dalam perjalanan pembangunan bendungan, berbagai kompleksitas permasalahan muncul mewarnai penyelesaian Bendungan Kuwil Kawangkoan (Kukaw), mulai dari permasalahan tanah, teknis, serta masalah sosial.

Sejak dilantik menjadi Kepala Satker Pembangunan Bendungan pada Tahun 2021 yang lalu, Ir. Janeny Nettie Fientje Mamoto, ST terus berupaya memacu penyelesaian Pembangunan Bendungan Kukaw dan Lolak yang merupakan Proyek Strategis Nasional (PSN) dari Presiden Joko Widodo di Provinsi Sulawesi Utara.
“Hal pertama yang saya lakukan sejak menjadi Kepala SNVT Pembangunan Bendungan bukan hanya memperhatikan apa yang menjadi target ke depan yang sudah harus dicapai. Tetapi proses apa yang sudah dikerjakan/dilewati agar saya mengerti apa yang harus dilanjutkan untk penyelesaian bendungan,” ungkap Mamoto sebagai motivasi dalam menyelesaikan tugas dan tanggung jawab besar yang diamanatkan oleh Negara.
Alhasil, berkat kegigihan, ketegasan dan semangat seorang Srikandi kelahiran Sonder Minahasa ini dalam menyelesaikan pekerjaan pembangunan bendungan dapat diselesaikan. Sehingga pada 25 November 2022, Bendungan Kuwil Kawangkoan dapat dilaksanakan impounding (pengisian waduk) dan pada 19 Januari 2023, Bendungan ini dapat diresmikan oleh Presiden Joko Widodo.
“Semuanya dapat terlaksana berkat pendahulu-pendahulu saya yang dari awal telah melaksanakan tugas sebagai kasatker maupun ppk,” tuturnya.
Sulawesi Utara, sangat beruntung memiliki Ir Janeny Mamoto, ST. Perempuan Hebat yang berkarir di Kementerian PUPR yang mampu menyelesaikan bendungan Kukaw, sehingga keberadaan Bendungan Kukaw langsung membuktikan manfaat besarnya.
Ya, pada peristiwa banjir di awal tahun, dengan intensitas curah hujan lebih tinggi pada bagian hilir mencapai dua kali lipat dari pada banjir bandang 2014, keberadaan Bendungan Kukaw disaat itu menampung sekitar 22 juta meter kubik dari kapasitas tampung 26 juta meter kubik dan luas genangan 157 ha, telah memberikan manfaat besar dalam mereduksi banjir Manado pada DAS Tondano yang kala itu memiliki intensitas curah hujan mencapai 300 mm. Dapat dibayangkan jika bendungan Kukaw belum selesai, banjir yang lebih besar dari peristiwa banjir besar Manado tahun 2014 pasti terjadi dan bencana besar terulang kembali.
Kini, selain bermanfaat untuk mereduksi banjir, menurut Wanita Kelahiran 20 November 1965 ini bahwa keberadaan bendungan sudah dapat dirasakan oleh masyarakat melalui kunjungan wisatawan ke Bendungan Kuwil Kawangkoan yang terletak di Kecamatan Kalawat, Kabupaten Minahasa Utara dan saat ini pengelolaan sementara oleh pemerintah Desa Kuwil dan Desa Kawangkoan.
“Selain mereduksi banjir dan bermanfaat sebagai pariwisata, bendungan ini juga memiliki manfaat sebagai penyedia air baku dan sumber energi listrik mikrohidro. Sehingga diharapkan, kedepan bendungan ini dapat menyedikan air baku bagi masyarakat Kota Manado, Minahasa Utara dan Bitung serta Kawasan Ekonomi Khusus Bitung serta dapat menyediakan energi listrik pada kawasan bendungan serta masyarakat sekitar,” kata Mamoto yang juga merupakan mantan Kepala SNVT Pelaksanaan Jaringan Pemanfaatan Air Sulawesi I ini.
Usai menuntaskan Bendungan Kukaw, tangan dingin seorang Mamoto pun sementara memacu penyelesaian Bendungan Lolak yang ditargetkan oleh Presiden Jokowi diresmikan dalam waktu dekat ini. Selain itu, Ia juga sementara menggodok penyelesaian Revitalisasi Danau Tondano yang juga merupakan Proyek Strategis Nasional (PSN) dan merupakan Danau Prioritas Nasional. (des)