MANADOPOST.ID—Gubernur Sulawesi Utara yang lagi cuti kampanye Olly Dondokambey, menyatakan harga kopra saat ini melonjak tiga kali lipat. ‘’Saya baru saja menjual kopra. Harga kopra sekarang tembus Rp10.000/Kg,’’ kata Olly saat debat publik pasangan calon gubernur dan wakil gubernur, Rabu (11/11). Pernyataan Olly ini mendapat apresiasi dan sambutan ratusan ribu petani kelapa di daerah Nyiur Melambai. ‘’Iya betul apa yang Pak Olly katakana, harga kopera sudah Rp10 ribu. Malahan saat kami cek, harganya Rp10.750/kilogram. Apresisasi buat Pak Olly,’’ ujar Benny W, petani asal Tombulu Minahasa. ‘’Kami senang sekali karena kenaikannya bukan sedikit. Naikknya tiga kali lipat lebih dari harga sebelumnya. Sebelumnya hanya kisaran Rp4.000 per kilogram. Kini naik mencapai Rp10.750 per kilogram. Ini berkat bagi kami menjelang Desember,’’ tambah Jhony. “Dengan berangsur baiknya harga pasti dapat membuat petani bisa merasakan hasil panennya. Apalagi menjelang hari besar perayaan Natal,” sebut Mandak, salah satu petani di Kecamatan Wori Kabupaten Minahasa Utara. Josef Ilat, petani lainnya mengatakan, harga saat ini yang dibeli Rp9.800, namun dirinya bersyukur harga kopra terus membaik. “Kami berharap pemerintah terus berupaya melakukan kinerjanya dalam memberikan keuntungan bagi petani. Apalagi di kondisi saat ini. Dengan harga yang saat ini dipatok, kami sudah bersyukur,” ungkapnya. Sonny Damo, warga Kelurahan Lewet, Kecamatan Amurang, Kabupaten Minahasa Selatan, menambahkan, petani kelapa merasa bangga dengan adanya progres kenaikan harga kopra. “Kita sudah lama bersabar dan menunggu akan ketidakstabilan harga kopra ini. Padahal kita di Minsel memiliki Cargil yang notabenenya pembeli kopra terbesar. Namun harga sempat turun drastis. Nah kalau kopra ini bisa menyentuh angka Rp10 ribu per kilogram, saya tentu sangat bangga dan senang. Tentu saya dan teman-teman 27.795 petani kopra yang ada di Minsel, sangat berterima kasih kepada pemerintah dan pak gubernur Olly akan ditekannya kopra naik menjadi Rp10 ribu per kilogram,” ungkapnya. Sementara itu, Angga Mandagi salah satu pengepul Kopra di Kecamatan Amurang mengaku, jika harga kopra naik, jumlah penjualan kopra dari petani juga meningkat. “Kalau angka di perusahaan menyentuh Rp10 ribu per kilogram tentu tidak begitu yang kita ambil pada petani langsung. Karena kita juga masih menjual ke pengepul yang lebih besar. Otomatis ada perbedaan harga yang terjadi. Karena memang kalau saya, mengambil langsung dengan memanfaatkan kendaraan keluar masuk desa. Ada biaya juga yang harus saya keluarkan,” ungkapnya. Angga mengaku, bahwa produksi kopra di Kabupaten Minsel berada dalam jumlah yang besar. “Sedangkan di Kecamatan Amurang yang notabenenya adalah pusat kota, produksinya juga tinggi. Ada petani yang bisa menyuplai 1-2 ton sekali produksi. Namun ada juga petani yang hanya menjual 60-120 kilogram sekali produksi. Nah kalau kualitas juga, berbeda-beda setiap petani. Ada yang kadar air tinggi, ada juga yang kopra kualitas tinggi. Itu kita nilai dengan harga yang berbeda. Tapi kalau untuk produksi saja lihat, sangat banyak di Minsel ini,” kuncinya. Kegembiraan petani-petani di atas, tentu saja dirasakan juga 200.750 petani kelapa lainnya di Sulut. “Bulan lalu harga masih di kisaran Rp4.000. Papi pada Sabtu pekan lalu, naik Rp10.600 per kilogram. Dan kemarin terjadi kenaikan di angka Rp10.750. Sementara harga beli di pengumpul Rp9.800,” ungkap Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sulut Edwin Kindangen, melalui Kepala Bidang Perdagangan Dalam Neger Ronny Erungan, Kamis (12/11), kepada Manado Post. Dikatakan Kepala Dinas Perkebunan Sulut Refly Ngantung, dari data ANTAP 2019, jumlah petani kopra di Sulut sebanyak 200.763 untuk Luas 275.749,55 hektare (Ha). Sementara petani cengkih berjumlah 73.520 Pekebun dengan luas 77.428,89 (Ha). “Memang petani kelapa atau kopra di Sulut terus terjadi peningkatan. Kini sudah sebanyak 200.763 pekebun,” kata Ngantung. Dari data yang ada, menunjukan bahwa luas kekayaan alam untuk komoditi kelapa Sulut masih yang terbesar diantara komoditi lainnya 275.749,55 Ha. Komoditi unggulan kedua yakni cengkih luas perkebunan milik pekebun hanya 77.428,89 Ha. Meski begitu pemerintah Sulut terus berupaya kedepan meningkatkan pertanian Sulut. Dikatakan Ngantung Pemprov Sulut sudah memasukan usulan kepada pemerintah pusat untuk mengeluarkan kebijakan terkait penghapusan PPN untuk komoditas kopra, pala dan cengkih. “Jika kebijakan ini diberlakukan dampaknya nanti akan dirasakan petani. Hal ini akan menjadi angin segar bagi petani kopra, cengkih dan pala di Sulut,” ujar Ngantung. Dia juga menuturkan bahwa pemerintahan saat ini selalu berjuangan terhadap masyarakat Sulut, dalam hal ini untuk para petani. “Tindakan pro-rakyat selalu dikedepankan, kesejahteraan rakyat selalu di dinomor satukan,” ungkapnya. (cw-01/gnr)