TOMOHON- Indonesia tengah memasuki masa menuai bonus demografi. Hal ini dibuktikan dengan, terus lahirnya para pemimpin masa depan, baik yang berkiprah dalam pemerintahan, swasta, bisnis digital, influencer dan berbagai profesi kekinian lainnya. Bahkan, diprediksi kalangan bertagline milenial ini diyakini di tahun 2035 mampu menembus angka 305,6 juta jiwa. Dari jumlah saat ini kurang lebih, 238 juta jiwa. Tak beralasan, jika di Tomohon, muncul figur calon pemimpin muda semisal Jilly Gabriella Eman-Virgie Baker (JGE-VB), calon Wali Kota-Wakil Wali Kota Tomohon. Tak hanya skop daerah, di era Presiden Joko Widodo-Ma'ruf Amin pun peran generasi milenial telah diakomodasi menjadi staf khusus. Hal ini cukup membuktikan, eksistensi kalangan milenial tak bisa dianggap remeh. Kembali ke Kota Bunga, jelang dua hari menuju pemilihan, kans JGE didaulat menjadi pemimpin daerah pun terbuka lebar. Arus dukungan kalangan milenial di Kota Sejuk, soliditas partai pengusung, terus bergeraknya mesin partai hingga ke tingkat lingkungan. Pun dengan suntikan para relawan dan pendukung, yang tak jarang berasal dari eksternal. Membuat duet calon pemimpin perempuan cerdas melayani, makin besar potensinya memenangkan pesta demokrasi. Dengan sejumlah catatan positif di atas, besar kemungkinan JGE dapat mengikuti jejak Wali Kota termuda se-Indonesia asal Tanjung Balai M Syahrial SH MH yang masih berusia 26 tahun saat dilantik. Sekarang Syahrial sudah berusia 32 tahun, lebih tua dua tahun dari JGE (30). Pun dengan Calon Bupati Rezita Meylani Yopi perempuan 26 tahun, asal Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu), Provinsi Riau. Kini tengah digadang-gadang menjadi calon kepala daerah termuda di Indonesia. Dari kacamata Pengamat Politik Josef Kairupan, juga tak menyangsikan keberadaan generasi milenial yang terus mendobrak seluruh sisi dan sendi negara, baik dalam kancah perpolitikan, usaha hingga terjun langsung ke roda birokrasi. "Kalangan milenial tak bisa dipungkiri kini menjadi bagian dalam proses bernegara. Ada yang muncul dan expert di bidang-bidang tertentu, pelaku usaha skala internasional, politisi, artis hingga kepala daerah," ungkap Kairupan, ketika diwawancarai, Minggu (6/12) kemarin. Direktur Pusat Kajian Pemerintahan dan Sosial Politik Unsrat ini memberikan sejumlah analisa positif soal keunggulan kalangan milenial. Dirinya menyebut, kalangan milenial diyakini lebih toleran terhadap perbedaan. Responsif dan tanggap terhadap berbagai hal yang tengah hangat, enerjik dan tentunya gesit kala menjalankan roda pemerintahan. "Dari sisi usia memang, generasi ini lebih luwes dan enerjik pergerakannya. Lebih open minded, artinya secara terbuka menerima perbedaan di tengah kemajemukan. Responsif pada hal-hal yang dirasa belum sesuai harapan, ada itikad menjalankan sesuatu, sesuai dengan koridor yang ditetapkan," kata Kairupan. Beralih ke JGE, dalam berbagai kesempatan, perempuan bergelar Magister Manajemen Universitas Bina Nusantara ini menyatakan, faktor usia dan pengalaman nyatanya bukan masalah berarti kala dipercaya masyarakat untuk memimpin daerah. Namun, yang terpenting adalah komitmen memberi diri, menuangkan inovasi dan terobosan baru. Memadukan visi khas milenial dengan gagasan para senior di lingkungan pemerintahan nanti. "Toh juga kan nantinya, saya tidak sendiri, ada yang orang-orang yang membantu saya merancang dan mengemas kebijakan. Mendorong gaung potensi wisata Kota Tomohon, lebih dikenal di Indonesia bahkan dunia internasional. Memberdayakan masyarakat lewat kenal digital dan teknologi, sistem birokrasi diperbaiki lebih mudah dan ramping. Proses yang menghambat, kita minimalisir, peluang warga mengakses layanan dan pekerjaan diperbanyak. Ini semua untuk kemajuan dan kesejahteraan warga Kota Bunga," pungkas JGE.(*)